Distrik Sentani, Papua (ANTARA) - Organisasi Kemanusiaan Kristen Wahana Visi Indonesia (WVI) bekerja sama dengan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui program USAID kolaborasi membina pahlawan lokal untuk mempersiapkan masyarakat Papua menghadapi otonomi khusus.

"Sekarang saya menjadi pahlawan lokal untuk program suara dan aksi warga, sebagai pahlawan lokal, saya menggali isu apa yang dialami warga setempat, kemudian menampung isu-isu tersebut untuk disampaikan kepada pemerintah, sampai mempertemukan masyarakat dengan pemerintah untuk menyelesaikan masalah itu," kata salah satu pahlawan lokal binaan WVI Marselina Putri Epa (Putri) di Distrik Sentani, Papua, Selasa.

Baca juga: WVI distribusikan bantuan non-pangan bencana banjir bandang Kupang

Program USAID Kolaborasi membantu Papua dan Papua Barat menggunakan dana otonomi khusus dengan lebih baik, melalui pelatihan bagi para pejabat di wilayah, pemerintah pusat, hingga mahasiswa di berbagai bidang agar dapat mengelola dana secara efisien serta merespons kebutuhan masyarakat Papua melalui pelayanan publik dasar yang akuntabel dan responsif.

Putri menyampaikan pendidikan, khususnya kemampuan memahami persoalan dengan membaca adalah bekal utama yang perlu disiapkan untuk siap menghadapi otonomi khusus.

"Tadi ada isu dari warga setempat (Kelurahan Dobonsolo, Sentani, Papua), mereka di bidang pendidikan mau ada bangunan fisik (sekolah SMP atau SMA), tetapi menurut saya, pendidikan yang terpenting itu soal membaca, juga menulis itu lebih penting dari segalanya, karena sebelum orang memahami segala sesuatu, dia harus bisa membaca," ujar Putri.

Menurutnya, bangunan fisik memang penting, tetapi yang lebih penting yakni membangun sumber daya manusia (SDM) sebagai investasi jangka panjang.

"Dibandingkan bangunan fisik, uang itu bisa digunakan untuk kepentingan lain, misalnya dibangun ruangan yang dilengkapi dengan komputer, printer, proyektor, alat untuk belajar, internet, karena kalau di sekolah itu kan harus lebih banyak belajar," tuturnya.

Ia mengaku mengetahui program pahlawan lokal USAID dari sang ibu yang juga seorang guru binaan WVI, dan peduli akan pentingnya pendidikan di Papua.

"Awal kenal (program pahlawan lokal) itu dari ibu, saya ikut pelatihan selama lima hari, dari situ saya belajar bagaimana kita masuk ke dalam satu lingkungan yang baru, tidak mungkin kita datang langsung 'ayo-ayo, kumpul', orang pasti bertanya-tanya ini siapa sih, dari mana?. Kita harus cari orang-orang yang berpengaruh di tempat itu, contohnya tokoh pemuda biar mengumpulkan teman-temannya untuk mengenalkan bahwa ada program suara dan aksi warga, karena kalau turun ke kampung, kita harus bisa mengolah dari bahasa yang sulit jadi sederhana," imbuhnya.

Baca juga: WVI sebut banyak anak-anak di Asmat yang belum bisa membaca

Baca juga: WVI: Asmat butuh pendampingan langsung guna pahami hidup sehat

Ia berharap dari program suara dan aksi warga ini bisa mengetuk para pemangku kepentingan untuk lebih mendengarkan suara masyarakat dan mengawal permasalahan yang dihadapi Papua sampai selesai.

Sebelumnya, Pelaksana harian (Plh) Sekda Papua Derek Hegemur mengatakan pihaknya sudah siap menerima Wakil Presiden Ma'ruf Amin selaku Ketua Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP), yang akan berkantor di Papua pada awal September dalam rangka melakukan koordinasi dan konsolidasi guna mempercepat pembangunan di Bumi Cenderawasih.

Menurut Derek, dengan berkantornya Wapres di Papua, akan lebih mudah dalam menyampaikan persoalan, sehingga bisa membawa dampak baik bagi seluruh masyarakat Papua.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023