Tokyo (ANTARA News) - Legenda sepakbola Brazil Zico pulang kampung mengakhiri tugas empat tahunnya selaku pelatih Jepang setelah gagal memenuhi janji untuk memberikan hasil terbaik Piala Dunia bagi juara Asia itu. "Saya tidak bertekad menjadi bagian dari Jepang. Kini saya meninggalkan Jepang, tapi hati saya akan tetap berada di sini," kata Zico ketika mengucapkan kata perpisahan di bandara Tokyo, sepekan setelah Jepang tersingkir di Piala Dunia setelah dua kali kalah dan sekali imbang. "Sementara saya akan istirahat dan kemudian memikirkan masa depan saya," kata Zico (53), yang berulangkali menyatakan keinginannya untuk melatih klub Eropa setelah Jerman 2006. Keberangkatannya, disusul beberapa jam kemudian oleh kedatangan pelatih yang diperkirakan akan menjadi penggantinya, Ivica Osim, pelatih bekas Yugoslavia yang diharapkan akan bisa mewujudkan impian pelatih asal Brazil itu. "Ini satu-satunya tempat kemana saya bisa kembali," kata Osim, yang berusia 65, yang berhasil mengubah tim liga JEF United Chiba menjadi calon serius penantang gelar sejak menjadi pelatih mereka tiga tahun lalu. Dia terbang kembali dari kunjungan ke kampungnya untuk melanjutkan pembicaraan mengenai tawaran untuk jabatan penting itu. Jepang akan berusaha mempertahankan Piala Asia pada 2007 dengan bertanding kualifikasi melawan Yaman di kandang sendiri pada 16 Agustus. Osim memimpin bekas Yugoslavia ke perempat-final Piala Dunia pada 1990 setelah menangani tim nasional pada 1986. Dia juga sukses dalam melatih klub di negara sendiri serta di Yunani dan Austria. Zico gagal membawa Jepang ke putaran kedua di Jerman, seperti yang dicapai pendahulunya pelatih asal Prancis Philippe Troussier pada 2002 di kandang sendiri empat tahun lalu setelah tidak pernah menang sejak debut mereka 1998. Di Jerman mereka ditundukkan lima kali juara Brazil 4-1 setelah kalah 3-0 dari Australia dan imbang tanpa gol lawan semi-finalis 1998 Kroasia, kegagalan yang oleh Zico dikatakan karena kalah dalam fisik dan daya tembak. Dia memasang target tertinggi mencapai semi-final dengan optimistis, namun disertai kata-kata yang merupakan favoritnya: "Dalam sepakbola segalanya bisa terjadi, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006