Restorasi terumbu karang di Pulau Bontosua bisa menjadi model untuk restorasi di tempat lain ...

Jakarta (ANTARA) - Beribu manfaat terumbu karang bagi kehidupan makhluk di Bumi seharusnya menjadi pemicu untuk terus dikampanyekan perlindungannya, bukan sebaliknya makin gencar eksploitasinya.

Masih sedikit manfaat yang baru terungkap karena itu masih banyak peluang untuk mengeksplorasi berbagai manfaat setiap jenis terumbu karang dan tumbuhan lain yang juga berkembang biak di sekitarnya.


Inilah kesempatan periset Indonesia untuk menggali berbagai manfaat setiap jenis karang dan biota lain demi keberlangsungan hidup manusia. Masih banyak komponen karang dan biota lain yang perlu diteliti untuk kepentingan kesehatan dan temuan nutrisi berharga lainnya.

Jika ikan-ikan dan biota laut saja berlomba untuk hidup di sekitar ekosistem terumbu karang, artinya mereka paham bahwa ekosistem itu menjadi sumber nutrisi yang baik untuk menopang kehidupan keturunannya.

Ekosistem terumbu karang yang merupakan organisme kompleks yang dibangun terutama oleh biota penghasil kapur (terutama karang) merupakan magnet bagi biota laut untuk berkembang biak


Terumbu karang yang merupakan ekosistem laut paling produktif ini bersimbiosis saling menguntungkan dengan zooxanthellae yaitu alga bersel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh terumbu karang.
Alga itu menerima nutrisi-nutrisi penting dari karang tetapi dia memberikan sebanyak 95 persen hasil fotosintesisnya berupa energi dan nutrisi kepada karang.
Selain itu ekosistem terumbu karang ternyata mampu menyerap gas karbon dioksida yang diubah menjadi zat kapur, bahan baku terumbu karang, melalui reaksi kimia. Ini berarti keberadaannya membantu menahan perubahan iklim.
Indonesia sebagai negara kepulauan ternyata menyandang status sebagai surga terumbu karang yang paling kaya di dunia. Terumbu karang merupakan salah satu potensi sumber daya laut Indonesia yang luasnya mencapai 5,8 juta kilometer persegi.
Indonesia punya potensi terumbu karang yang cukup besar dengan luas lebih dari 2,5 juta hektare atau sekitar 25 ribu kilometer persegi dengan lebih dari 500 jenis terumbu karang.

Menurut data Bappenas, ekosistem terumbu karang yang sehat dengan potensi seluas itu bisa berkontribusi hingga 2,6 juta dolar AS per tahun melalui berbagai sektor, seperti pariwisata, perikanan tangkap dan budidaya, hingga pengembangan kawasan pesisir.


Terumbu karang tumbuh subur di Indonesia karena beberapa faktor, seperti suhu perairan laut yang hangat serta kondisi air yang jernih dan dangkal. Perairan yang dangkal menjadi tempat terbaik pertumbuhan terumbu karang karena masih menerima sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesis.


​​​​​Terancam
Keseimbangan ekosistem di terumbu karang itu sekarang mulai terancam oleh ulah manusia yang ingin secara instan mengeruk sebanyak-banyak biota laut bernilai ekonomi tanpa mempertimbangkan kelestariannya.

Illegal fishing dengan menggunakan bom dan obat pembius bisa menjadi perusak keseimbangan ekosistem terumbu karang. Bahkan banyak karang jenis tertentu yang menjadi sasaran eksploitasi karena nilai ekonomi seperti karang merah yang saat ini mempunyai harga tinggi di pasar gelap.


Hasil riset juga terkadang menjadi pemicu perlombaan eksploitasi seperti riset tentang karang merah yang menjadi bahan baku kosmetik akhirnya memicu pengambilan besar-besaran. Padahal sekali ketidakseimbangan ekosistem terumbu karang terganggu akan memicu perubahan ekosistem lain.
Demikian juga manfaat nutrisi ikan-ikan karang menjadikan ikan, yang sebelumnya tidak dipedulikan nelayan karena rasanya kurang enak, akhirnya diburu karena mengetahui sekarang harga jualnya tinggi. Di sisi lain, perubahan iklim secara global dan pengasaman laut juga turut mengancam terumbu karang di seluruh dunia.
Indonesia memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap kematian terumbu karang akibat tekanan sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga pengawasan kelestariannya harus terus dilakukan.

Saat ini fenomena coral bleaching atau pemutihan karang tidak dapat dihindari, termasuk menyerang Indonesia. Pemutihan yang terjadi merupakan respons karang yang menggambarkan stres di lingkungan ekstrem.

Peningkatan suhu air laut, radiasi Matahari, masukan air tawar, kontaminasi bahan kimia dan penyakit, dan overfishing dapat menyebabkan hilangnya sebagian zooxanthellae yang bersimbiosis pada jaringan karang.
Belum lagi soal sampah plastik yang terus berdatangan dari berbagai muara sungai dan terbawa arus sampai terus masuk sirkulasi arus laut dunia yang terus berputar.
Tanpa tindakan nyata untuk mengurangi sampah plastik maka makin memperparah kerusakan terumbu karang. Saat ini sejumlah karang sekitar pantai yang mulai terdampak namun makin hari keberadaan sampah plastik akan sulit terkendali dan mengancam terumbu karang di laut lepas.

Restorasi untuk investasi
Restorasi terumbu karang di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan untuk menyelamatkan aset bangsa sekaligus investasi masa depan yang sebenarnya dengan metode yang tepat, hasilnya dapat dalam waktu singkat.
Satu proyek restorasi terumbu karang terbesar di dunia yang berlokasi di sekitar Pulau Bontosua, Sulawesi Selatan, menjadi bukti bahwa dalam waktu singkat perubahan ekosistem terumbu karang mampu menjadi magnet bagi biota laut untuk datang.
Sejumlah nelayan setempat mengungkap, dalam kurun 1 tahun sejak penanaman terumbu karang pada tahun 2019, biota laut mulai berdatangan dan hasil tangkapan nelayan naik signifikan dua tahun kemudian dengan rata-rata pada angka 30 persen.
Sebelumnya, nelayan harus berlayar jauh untuk mendapatkan ikan, namun sekarang mereka cukup mencari ikan di sekitar pantai karena terumbu karang hampir menutupi seluruh kawasan pulau itu.
Itulah mengapa akhirnya nelayan setempat mendukung restorasi terumbu karang yang didanai Mars Incorporated, salah satu perusahaan besar di dunia.
Tidak tanggung-tanggung perusahaan itu mengucurkan dana sekitar 10 juta dolar AS setara Rp153 miliar dengan luas restorasi lebih dari 3 hektare yang direncanakan sampai tahun 2029.
Salah satu keberhasilan restorasi itu adalah menerapkan metode yang tepat, pemeliharaan dan pelibatan masyarakat setempat untuk memelihara dan mengawasi perairan yang direstorasi.
Lili Handayani, salah satu tenaga ahli proses restorasi itu mengungkap, metode MARRS (Mars Assisted Reef Restoration System) dengan struktur rangka penumbuh terumbu karang berupa star reef atau berbentuk bintang yang diperkenalkannya, terbuka untuk diaplikasikan di lokasi lain.
Tim MARRS telah melakukan banyak pelatihan metode itu kepada institusi lain, namun banyak yang kemudian mengembangkan model serupa tanpa pemahaman yang benar dalam pemeliharaannya sehingga bisa berujung kegagalan.
Yang harus diperhatikan selain struktur rangka dan pelapis rangka yang tepat, faktor pemeliharaan selama proses pembentukan terumbu karang juga sangat menentukan.
Jadi restorasi terumbu karang bukan soal membuat rangka dengan model yang sama lalu ditanam di dasar laut, melainkan proses pelapisan dan jenis terumbu karang yang ditanam juga harus diambil dari bahan-bahan di sekitar lokasi restorasi.
Yang penting juga adalah tidak sekadar ditanam lalu ditinggal dengan harapan bisa tumbuh secara alami karena ada proses pemeliharaan agar benar-benar bangunan terumbu buatan dipenuhi berbagai karang.
Tempelan terumbu karang yang sengaja dipasang wajib terus dimonitor apakah yang terlepas akibat hantaman gelombang atau tidak, dan juga populasi alga harus awasi jangan sampai menutupi seluruh badan terumbu karang yang bisa mengganggu perkembangbiakannya.

Dengan memberikan edukasi kepada komunitas setempat soal pemeliharaan terumbu karang akan semakin menjadi jaminan terumbu karang berkembang dengan baik. Ini simbiosis mutualisme karena nelayan yang menjaga terumbu karang dan nelayan pula mendapat berkah melimpahnya ikan-ikan untuk ditangkap.


Selanjutnya ada hal lain yang disoroti pihak pengembang terumbu karang yaitu perlu aturan main penangkapan ikan di sekitar terumbu karang agar tidak terjadi overfishing dan pengawasan dari penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.

Demikian juga pengembangan kawasan terumbu karang yang indah sebagai lokasi wisata juga harus mempertimbangkan dampak ikutannya seperti pengelolaan sampah sekitarnya agar tidak merusak pertumbuhan terumbu karang.

Restorasi terumbu karang di Pulau Bontosua bisa menjadi model untuk restorasi di tempat lain yang tingkat kerusakannya mungkin bisa lebih parah.

Jangan tunda restorasi terumbu karang untuk masa depan Indonesia, sebelum semuanya terlambat.




Copyright © ANTARA 2023