Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) merupakan satu bangsa, satu darah, dan nenek moyang, sehingga hubungan sejarah membuat perang saudara itu tidak akan pernah terjadi,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Perang antara Korea Utara dengan Korea Selatan tidak akan terjadi, karena faktor sejarah di masa lampau, kata pakar politik dari Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan, Yang Seung-Yoon.

"Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) merupakan satu bangsa, satu darah, dan nenek moyang, sehingga hubungan sejarah membuat perang saudara itu tidak akan pernah terjadi," katanya saat menjadi pembicara pada kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat.

Menurut dia, sekitar 60 tahun sudah Korea menjadi korban dua ideologi antara komunis dan demokrasi, tetapi sejarah mencatat bahwa dua ribu tahun sudah bangsa Korea bersatu. Hal ini yang menimbulkan kepercayaan tinggi bangsa Korsel bahwa saudaranya Korut tidak akan pernah menyerang.

"Meskipun Korea Utara memiliki tiga ribu meriam jarak jauh yang bisa mencapai Seoul dengan sekali serangan, perang itu tidak akan pernah bergulir," tuturnya.

Ia mengatakan, jika Korut membombardir Korsel dengan nuklir itu berarti Korut akan melawan seluruh negara di dunia, dan jika perang itu benar-benar terjadi maka Korsel dan Korut akan sama-sama musnah.

"Sejarah selama dua ribu tahun itu yang membuat kuat bangsa Korea, baik Korsel maupun Korut pasti mengenal peribahasa populer `darah lebih kental daripada air`. Hal ini yang membuat saya yakin akan terwujudnya reunifikasi Korsel dan Korut," ujarnya.

Menurut dia, berhasilnya percobaan peledakaan nuklir dari Korut pada Februari 2013 tidak akan menimbulkan perang senjata antara keduanya. Bahkan, suasana Korsel saat ini masih terbilang aman dan nyaman, tanpa adanya gangguan perang.

"Ada beberapa alasan yang membuat Korut berpikir untuk menyerang Korsel dengan bom nuklirnya. Seoul tidak hanya menjadi Ibu kota Korsel tetapi sudah menjadi kota metropolitan yang berisi banyak orang asing," paparnya.

Ia mengatakan, warga asing terbesar di Seoul adalah China. China merupakan sahabat terdekat Korut, sehingga tidak mungkin mereka menyerang sahabat mereka sendiri.

Alasan kedua adalah adanya warga negara Indonesia di Korsel. Saat ini Indonesia merupakan sahabat terdekat Korut setelah China.

"Korut sangat mempercayai Indonesia, sehingga tidak akan gegabah mengambil langkah perang dengan Korsel," katanya.

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013