orang tua perlu menyadari bahwa ada perubahan perilaku dari anak tersebut

Jakarta (ANTARA) - Ketua Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Rodman Tarigan SpA(K), M.Kes mengingatkan para orang tua untuk mewaspadai perubahan perilaku yang mengindikasikan tanda-tanda timbulnya masalah mental pada anak remaja mereka.

Dr. Rodman mengatakan apabila remaja tiba-tiba berubah dari seseorang yang ceria menjadi lebih tertutup, menarik diri dari kegiatan sekolah dan teman-teman, serta sering mengeluh sakit fisik tanpa sebab yang jelas, hal tersebut bisa dicurigai sebagai perubahan perilaku yang mengindikasikan masalah mental pada remaja.

"Jadi kalau ada satu saja yang kita temukan, kita sebagai orang tua perlu menyadari bahwa ada perubahan perilaku dari anak tersebut," ujar Dr. Rodman dalam seminar media "Mendidik Remaja yang Kuat Secara Mental dan Sosial" yang digelar daring, Senin.

Baca juga: Ciri-ciri pada orang dewasa yang mungkin mengalami ADHD

Dr. Rodman mengatakan salah satu permasalahan pada anak usia sekolah dan remaja adalah kesehatan mental dan emosional. Dalam data yang dipaparkannya, sebanyak 10 persen anak usia 15 hingga 24 tahun memiliki gangguan mental dan emosional.

Dia mengatakan orang tua dan lingkungan sekitar harus mampu merespons perubahan perilaku pada remaja. Anak dengan masalah mental umumnya mengalami stres, depresi, bahkan melakukan tindakan-tindakan negatif seperti tawuran, kekerasan hingga mencuri.

Menurutnya, jika ada setidaknya satu tanda perubahan perilaku yang mencolok, langkah pertama yang harus dilakukan adalah berkomunikasi dengan remaja tersebut.

Berikan kesempatan kepada anak untuk berbicara tentang perasaan dan pengalaman yang dialami. Orang tua harus menjadi pendengar yang baik dan memahami permasalahan yang dihadapi remaja tersebut.

Baca juga: Pakar: 50 persen masyarakat periksa ke dokter terkait gangguan mental

Orang tua juga harus memberikan dukungan yang kuat dan memastikan bahwa sang anak tidak sendirian menghadapi masalahnya. Selain itu, orang tua juga dapat mengenalkan anak pada aktivitas yang produktif dan positif.

Namun, Dr. Rodman tidak memungkiri bahwa pada sejumlah kasus terdapat remaja yang enggan berbicara tentang permasalahan mereka kepada orang tuanya. Hal ini bisa dipicu oleh kurangnya kepercayaan atau faktor lain yang memengaruhi hubungan.

Jika hal tersebut terjadi, proses identifikasi akar permasalahan bisa menjadi lebih sulit dan membutuhkan kesabaran. Apabila orang tua merasa bahwa mereka tidak mampu menangani permasalahan sang anak, mencari bantuan dari ahli bisa menjadi pilihan.

Dr. Rodman mengatakan bahwa layanan konseling bisa dimanfaatkan untuk menangani remaja dengan masalah mental.

Pemerintah telah menyediakan layanan konseling melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di puskesmas, yang dirancang untuk memberikan dukungan psikologis kepada remaja.

"Itu sudah ada di semua puskesmas dan itu di-cover oleh BPJS. Apabila tidak bisa diatasi di puskesmas, itu akan dirujuk ke rumah sakit PPK (pemberi pelayanan kesehatan) 2, di situ ada dokter anak, mungkin juga layanan psikolog atau layanan dari psikiater," kata Dr. Rodman.

Baca juga: Kenali "postpartum depression" untuk pencegahan sejak dini

Baca juga: Lily Allen ungkap dirinya didiagnosis miliki gangguan mental ADHD

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023