Jika pemerintah mesti memberi izin kepada Playboy, maka itu sama dengan memberi izin untuk pelacuran"
Mumbai (ANTARA News) - Rencana membuka klub Playboy pertama di India, tepatnya di negara bagian Goa, menghadapi tentangan. Ide itu disebut politisi lokal akan merusak kesucian pantai di negara bagian itu.
Apalagi di India ada tekanan untuk memperbaiki sikap kepada perempuan menyusul kasus pemerkosaan bergiliran beberapa waktu lalu.
Hukum India juga melarang versi India majalah Playboy, namun para promotor majalah ini tahun lalu mengungkapkan rencana membuka klub playboy di seluruh negeri, dengan busana disesuaikan dengan budaya India.
Para wakil rakyat dari kelompok sayap kanan mengancam melancarkan mogok makan jika pemerintah mengizinkan Playboy membuka gerai di Goa karena akan merusak citra negara bagian itu.
"Jika pemerintah mesti memberi izin kepada Playboy, maka itu sama dengan memberi izin untuk pelacuran," kata Michael Lobo kepada Reuters seraya menyebut Playboy meniagakan kevulgaran.
"Kami menghormati kaum perempuan kami," kata dia seperti dikutip Reuters. "Kami tak ingin mempromosikan Goa sebagai destinasi seks seperti Thailand."
Puluhan ribu turis melancongi Goa selama musim liburan Oktober-Maret untuk menikmati pantai keemasan yang juga terkenal dengan kehidupan malamnya.
Senin lalu, Menteri Kepala Goa Manohar Parrikar berkata kepada parlemen daerah permohonan izin dari Playboy secara teknis telah ditolak, dengan alasan izin diberikan kepada perorangan, bukan perusahaan.
Klub Playboy adalah bagian dari gaya hidup hedenos yang dipromosikan pendiri majalah Playboy Hugh Hefner.
Di seluruh dunia klub Playboy ini menampilkan pelayan-pelayan perempuan berpakaian tipis tembus pandang warna hitam, berdasi kupu-kupu, manset dan telinga kelinci.
Promotor Playboy di India --PB Lifestyle yang mendapat lisensi dari Playboy Enterprises Inc di AS-- mengatakan akan mencoba lagi meminta izin.
"Ada persyaratan teknis tertentu yang mesti kami koreksi," kata Sanjay Gupta, CEO PB Lifestyle seperti dikutip Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013