New York (ANTARA) - Di penghujung pertemuan puncak di Johannesburg, Afrika Selatan, BRICS mengumumkan perluasan keanggotaan dengan menambahkan enam negara anggota baru, yaitu Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Penambahan enam negara baru itu dapat meningkatkan representasi Afrika dan Amerika Latin dan menampilkan keragaman besar dari sistem politik domestik negara-negara anggota, demikian menurut artikel Quincy Institute for Responsible Statecraft, Kamis (24/8).
"Ekspansi ini dan daftar tunggu yang masih panjang hingga mencapai hampir 20 negara merupakan sinyal permintaan terhadap struktur alternatif untuk menyelesaikan tantangan bersama dan memajukan kepentingan negara-negara Global South, yang tidak terpuaskan dalam tatanan global saat ini," demikian menurut artikel yang ditulis Direktur Studi sekaligus peneliti senior Quincy Institute for Responsible Statecraft Sarang Shidore.
Hampir semua negara Global South di BRICS, baik lama maupun baru, tentu saja tidak anti-Amerika, dengan banyak di antaranya merupakan mitra dekat AS dan dua di antaranya memiliki pasukan Amerika yang ditempatkan di wilayah mereka.
Namun, mereka ingin mengembangkan struktur geoekonomi alternatif untuk mengisi kesenjangan dan kekurangan dalam tatanan yang dipimpin oleh AS saat ini, tulis artikel tersebut.
"Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, dengan menunjuk pada keragaman kepentingan para anggota BRICS dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini tampaknya mengabaikan signifikansi BRICS. Jika demikian, itu adalah sebuah kesalahan. Sesungguhnya era unipolaritas akan segera berakhir, atau bahkan sudah berakhir," demikian artikel tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023