Jakarta (ANTARA) - Alunan musik dari ansambel instrumen tradisional menggemakan suasana makan malam di Sun City yang terletak di bilangan Gadjah Mada, Jakarta Pusat, pada Kamis malam (24/8), memainkan lagu khas daerah Maluku, "Ayo Mama".
Penampilan musik malam itu, dipimpin oleh Asosiasi Musisi China, membangkitkan resonansi emosional para penonton, karena secara menakjubkan dimainkan oleh para pemain musik kondang asal China.
Termasuk pemain alat musik tradisional China erhu yang terkemuka Zhu Changyao, penyanyi musik tradisional terkenal Gong Shuang, serta pemain opera senior Wang Fang, yang datang langsung dari China.
Mereka tampil dengan mengenakan pakaian yang identik dengan adat China, yakni Cheongsam modern bagi pemain perempuan. Instrumennya pun secara khusus menggunakan alat musik khas yang digunakan dalam ansambel China, di antaranya dizi, erhu, suona, pipa, yangqin, zheng dan zhongruan.
Penampilan tersebut merupakan salah satu dari rangkaian Konser Musik China bertema "Silk Road" (Jalur Sutra) yang diselenggarakan oleh Suzhou Chinese Orchestra, bekerja sama dengan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) dan China Art and Entertainment Corporation.
Konser ini dihadiri oleh lebih dari 500 penonton, termasuk komunitas China dan komunitas lokal, yang dapat menikmati musik sembari menyantap makan malam. Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang hadir sebagai tamu kehormatan.
"Konser ini diselenggarakan untuk merayakan Hari Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus, sekaligus memperingati 10 tahun implementasi Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra China. Konser ini juga sekaligus merayakan persahabatan antara Indonesia dan China," ujar Ketua INTI Teddy Sugianto dalam sambutannya saat pembukaan konser.
Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra merujuk pada inisiatif pembangunan global pemerintah China untuk berkembang bersama sejumlah besar negara, termasuk negara berkembang seperti Indonesia, dan bidang kerja sama meliputi infrastruktur, ekonomi dan pertukaran antarmasyarakat.
Sejak diusulkannya inisiatif tersebut satu dekade lalu, Asosiasi Musisi China telah menyelenggarakan tur musik "Jalur Sutra" ini di negara-negara yang dilalui rute Jalur Sutra. Mereka telah mengunjungi dan tampil antara lain di Belanda, Hongaria, Iran, Mesir, Islandia, India, Fiji dan Tonga.
Penampilan di Indonesia adalah bagian dari tur Asia-Pasifik mereka. Bangladesh dan Nepal akan menjadi pemberhentian mereka berikutnya.
Mereka mampu menampilkan karya instrumental tradisional China, memadukan komposisi kontemporer dengan sentuhan modern. Karakteristik musik lokal mereka yang kaya melengkapi keindahan musik klasik tradisional China.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT) Rahmat Soekasah mengatakan dalam sambutannya bahwa konser ini sekaligus membuktikan kuatnya hubungan diplomasi antara Indonesia dan China, yang direalisasikan melalui pencapaian pembangunan infrastruktur, terutama melalui proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang uji cobanya akan dilaksanakan September ini.
"Ini melambangkan inovasi masa depan kedua negara. Hubungan kita telah beresonansi. Masyarakat kita telah berkembang," kata Rahmat.
Karya "Jalur Sutra" sendiri terinspirasi dari Jalur Sutra kuno, yang mencerminkan transformasi musik kontemporer China yang berkontribusi pada pembentukan "Jalur Sutra Budaya", menurut penjelasan dari penyelenggara acara yang disampaikan melalui rilis resmi.
Seluruh penampilan musik malam itu dimainkan oleh Golden Bell Stars Chinese Ensemble, sekelompok pemain musik muda berbakat yang memenangkan penghargaan Golden Bell Award, anugerah musik tertinggi di China. Dengan koordinasi yang sangat cakap dan mulus, ansambel mereka sangat menunjukkan standar kualitas nasional tingkat tinggi.
Setiap lagu yang dimainkan pun menyajikan latar belakang kisah tersendiri, seperti kisah cinta, kenangan kampung halaman, dan merefleksikan kelembutan, membuat penonton terhanyut meresapi kisah yang dihantarkan melalui lantunan nada dan suara khas penyanyinya.Alunan melodinya seakan meninggalkan kesan mendalam, memicu gelombang kegembiraan dari para penonton. Tak heran tepuk tangan meriah terus bergema.
Beberapa judul lagu yang dimainkan di antaranya "Hundreds of Birds Paying Homage to the Phoenix", "The Moon Reflected in the Second Spring", dan "Dance of Youth", ditutup dengan lagu "Marching Towards the Light" yang menggabungkan teknik komposisi ala Barat namun diiringi gaya musik tradisional China, sehingga menghasilkan musik pawai yang khas.
Secara keseluruhan, konser musik tersebut berhasil menampilkan seni artistik yang luar biasa, mampu mencakup genre yang beragam sekaligus menyoroti karakter budaya China.
Rahmat mengatakan bahwa konser musik ini juga menjadi salah satu momen pertukaran pengetahuan budaya antara Indonesia dan China.
"Ini menandai keragaman budaya kedua negara. Kita saling menghargai nilai-nilai yang dibawa oleh masing-masing negara, sehingga kita bisa bekerja sama dalam membangun bangsa dan hubungan antarnegara yang berarti," ujarnya.
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023