GP yang selama ini dianggap sebagai limbah B3 kita upayakan bagaimana pemanfaatannya sehingga bahan ini tidak selalu harus dibuang tetapi juga dapat dimanfaatkan dan meningkatkan nilai tambahnya
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) mendukung penerapan ekonomi sirkular pada industri oleokimia di tanah air dengan mengembangkan bioaspal berbasis limbah glycerine pitch (GP).
"GP yang selama ini dianggap sebagai limbah B3 kita upayakan bagaimana pemanfaatannya sehingga bahan ini tidak selalu harus dibuang tetapi juga dapat dimanfaatkan dan meningkatkan nilai tambahnya," ujar Ketua Apolin Norman Fajar Wibowo dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Terkait hal itu, tambahnya, pihaknya mendukung Tim peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB yang melaksanakan uji hampar bioaspal berbasis limbah glycerine pitch (GP) di area Kampus ITB Jatinangor.
Aktivitas uji hampar ini merupakan implementasi riset pemanfaatan limbah GP yang didanai oleh Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sejak 2020 lalu.
Tim peneliti yang diketuai Dr. Eng. Ir. Jenny Rizkiana dari Program Studi Teknik Bioenergi dan Kemurgi didukung oleh sejumlah dosen ITB dan Politeknik Negeri Bandung (Polban) telah melaksanakan penelitian intensif terkait pemanfaatan limbah yang menjadi salah satu permasalahan besar di industri oleokimia karena jumlahnya terus meningkat seiring pertumbuhan industri biodiesel dan juga dikategorikan sebagai limbah B3.
"Limbah ini kami manfaatkan sebagai ekstender atau pengganti sebagian aspal minyak untuk campuran beraspal,” jelas Dr. Atmy Verani Rouly Sihombing, anggota tim peneliti yang juga merupakan staf pengajar di Politeknik Negeri Bandung.
Pelaksanaan uji hampar disaksikan oleh Ketua Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) Norman Fajar Wibowo mewakili industri oleokimia serta Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja dan Prof. Dr. Udin Hasanudin yang mewakili Komite Penelitian dan Pengembangan (Komlitbang) BPDPKS.
"Dari hasil uji toksikologi yang dilakukan, tidak ditemukan adanya zat-zat berbahaya bagi lingkungan,” ucap Norman.
Sementara itu Prof. Udin Hasanudin selaku perwakilan BPDPKS menyatakan apresiasi terhadap hasil penelitian tersebut.
Dikatakannya, GP ini adalah limbah dari industri oleokimia yang selama ini dikategorikan sebagai limbah B3, namun dari hasil penelitian di laboratorium sudah menunjukkan hasil yang sangat positif untuk bisa dimanfaatkan sebagai campuran aspal.
"Mudah-mudahan ke depan limbah B3 ini bisa dimanfaatkan dengan baik. Bahkan limbah yang semula nilainya negatif bisa menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.
Sebagai ketua tim peneliti, Jenny mengatakan bahwa penelitian ini belum tuntas karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan.
"Uji hampar ini hanya merupakan pembuktian awal bahwa limbah GP ini masih memiliki nilai manfaat yang cukup besar. Setelah ini masih banyak pekerjaan berikutnya hingga penelitian ini benar-benar bisa diimplementasikan secara luas,” ujarnya.
Baca juga: Apolin perkirakan ekspor oleokimia capai 5,96 miliar dolar pada 2022
Baca juga: Apolin: Kebijakan pemerintah perkuat daya saing industri oleokimia
Baca juga: Ekspor produk oleokimia Indonesia terus meningkat
Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023