Tidak diragukan lagi, prospek kebijakan The Fed akan menjadi kekuatan pendorong utama bagi pasar di masa depan
Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Jumat sore, namun berada di jalur untuk penurunan minggu kedua, karena dolar menguat jelang pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell sementara kekhawatiran mengenai ketatnya pasokan mereda.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 39 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 83,75 dolar AS per barel pada pukul 06.24 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS juga menguat 39 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 79,44 dolar AS per barel.
Untuk minggu ini, harga minyak mentah diperkirakan turun antara 1,2 persen-2,2 persen, penurunan minggu kedua berturut-turut.
“Tidak diragukan lagi, prospek kebijakan The Fed akan menjadi kekuatan pendorong utama bagi pasar di masa depan,” kata Yeap Jun Rong, analis pasar di IG.
“Dengan adanya pembaruan terbaru pada data inflasi dan pasar tenaga kerja AS setelah pertemuan FOMC sebelumnya, fokusnya akan tertuju pada faktor-faktor apa yang akan menjadi perhatian Ketua Fed,” katanya.
Kehati-hatian investor menjelang pernyataan Powell di Simposium Jackson Hole mengangkat safe-haven dolar ke level tertinggi dalam 10 minggu, kenaikan terbesar dalam sebulan, karena pasar menunggu kabar mengenai berapa lama suku bunga akan tetap tinggi.
Dolar yang kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan.
Di sisi pasokan, pembicaraan antara Turkiye dan pemerintah daerah semi-otonom Kurdistan Irak mengenai ekspor minyak mentah Irak utara masih berlangsung setelah para pejabat gagal mencapai kesepakatan untuk memulai kembali ekspor minyak awal pekan ini.
Turkiye menghentikan aliran minyak Irak melalui pelabuhan Ceyhan pada 25 Maret setelah kalah dalam kasus arbitrase lama yang diajukan oleh Irak.
Pasar memantau dengan cermat aliran minyak Iran ketika produksi minyak mentah negara itu akan mencapai 3,4 juta barel per hari pada akhir September, kata menteri perminyakan Iran seperti dikutip oleh media pemerintah, meskipun sanksi AS masih berlaku.
Yang semakin membebani sentimen pasar, para pejabat AS sedang menyusun proposal yang akan meringankan sanksi terhadap sektor minyak Venezuela, sehingga memungkinkan lebih banyak perusahaan dan negara untuk mengimpor minyak mentahnya.
Perusahaan minyak Equinor Norwegia mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya telah memulai produksi di ladang Statfjord Ost yang diperluas enam bulan lebih cepat dari jadwal dan memperkirakan produksi akan meningkat sebesar 26 juta barel setara minyak.
"Dukungan terhadap harga minyak dari pengurangan produksi sebelumnya telah surut. Pasar menantikan Arab Saudi untuk terus memperluas pengurangan produksi secara sukarela," kata analis dari Haitong Futures.
Para analis memperkirakan bahwa negara eksportir minyak terbesar itu kemungkinan akan memperpanjang pemotongan minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari selama tiga bulan berturut-turut hingga Oktober, di tengah ketidakpastian pasokan dan target kerajaan untuk mengurangi persediaan global lebih lanjut.
Baca juga: Minyak menuju turun mingguan karena khawatir permintaan dan dolar kuat
Baca juga: Minyak naik ditopang pelemahan dolar dan China berusaha dorong ekonomi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023