Kolaborasi dan komitmen aksi yang kuat dari Pemerintah Indonesia, lembaga akademik, sektor swasta, dan masyarakat, berperan penting mendorong penerapan CCS di IndonesiaNew Delhi, India (ANTARA) - Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC) menyebut Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk sumber daya karbon, yang menjadi potensi besar untuk penerapan teknologi carbon capture storage (CCS).
"Visi kami menjadikan Indonesia sebagai pelopor, pemimpin CCS hub di kawasan. Kami terus berkolaborasi sebagai katalisator, menyuarakan, dan mendorong percepatan penerapan CCS di Indonesia," kata Executive Director ICCSC Belladonna Troxylon Maulianda dalam keterangan yang diterima di New Delhi, India, Jumat.
ICCSC mencatat Indonesia diberkati dengan lokasi geografis dan geologi yang bagus secara strategis berada di kawasan Asia Pasifik, di mana pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan akan semakin cepat dalam beberapa dekade mendatang.
Selain itu, Indonesia secara geologis kaya akan akuifer asin (saline aquifer), cocok untuk penyimpanan CO2 dengan kapasitas 80 hingga 100 giga ton.
CCS merupakan teknologi yang terbukti dapat memungkinkan beberapa sektor dengan emisi tertinggi mengurangi emisinya seperti industri manufaktur, pembangkit listrik, penyulingan, petrokimia, baja, dan semen serta sangat menjanjikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Dengan demikian, secara signifikan dapat mengurangi jumlah karbon dioksida yang masuk ke atmosfer, membantu mengurangi efek pemanasan global dan mengarahkan Indonesia menuju visi berwawasan hijau.
Namun, kata Belladonna, penerapan CCS di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya berupa tata kelola dan regulasi, kerja sama komersial, fiskal yang atraktif dan bersaing, transportasi karbon, teknologi berskala industri serta pengembangan CCS hub di Indonesia yang menghubungkan berbagai sumber emisi ke lokasi injeksi di Indonesia.
"Kolaborasi dan komitmen aksi yang kuat dari Pemerintah Indonesia, lembaga akademik, sektor swasta, dan masyarakat, berperan penting mendorong penerapan CCS di Indonesia," ujarnya.
Dari sektor industri, ICCSC mencontohkan PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil yang bekerja sama dalam pengembangan CCS hub di Indonesia.
Pengembangan program CCS hub tidak hanya sejalan dengan komitmen menuju net zero emission (NZE) dan dekarbonisasi tetapi juga dalam rangka mendukung program pemerintah.
"Salah satu peran aktif Pertamina dalam melakukan implementasi secara aktual terhadap studi CCS/CCUS (carbon capture storage/carbon capture utilization and storage) telah dibuktikan di Lapangan Jatibarang yang merupakan wilayah kerja Pertamina EP Cirebon Jawa Barat," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Ia mengungkapkan teknologi enhanced oil recovery (EOR) dengan menggunakan CO2 di Lqpangan Jatibarang telah menunjukkan indikasi positif dari reservoir terhadap injeksi CO2 dengan metode Huff and Puff.
"Sistem ini telah dilakukan pada dua sumur di Lapangan Jatibarang pada bulan Oktober dan Desember 2022. Selanjutnya, akan dilakukan pilot interference two wells untuk CO2 flooding dan full field scale CO2 EOR," kata Nicke.
Sedangkan, President ExxonMobil Indonesia Carole Gall mengatakan ExxonMobil terus mengkaji potensi CCS hub di Indonesia.
"Dengan kolaborasi yang baik, Indonesia berpotensi besar menjadi ujung tombak pertumbuhan industri rendah karbon di kawasan. Hal ini memungkinkan Indonesia menjaga pertumbuhan ekonomi sambil menjawab tantangan perubahan iklim," ujar dia.
Baca juga: ICCSC: Kolaborasi kunci dorong perkembangan teknologi CCS di Indonesia
Baca juga: Pertamina-Chevron teken perjanjian pengembangan teknologi CCS/CCUS
Baca juga: Pemerintah siapkan aturan CCS/CCUS untuk optimalkan produksi migas
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023