Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo saat membuka seminar "Ancaman Spesies Asing Invasif Terhadap Kelestarian Sumber Daya Ikan" di Jakarta Rabu mengatakan, Indonesia berkewajiban untuk berupaya menghindari introduksi spesies asing invasif.
Indonesia, sebagai negara yang telah meratifikasi CBD (Convention on Biological Diversity) atau Konvensi Keanekaragaman Hayati, wajib menghindari spesies asing yang masuk secara invasif ke Indonesia.
Upaya pengendalian invasi antara lain dilakukan melalui pemusnahan spesies asing yang terbukti merusak ekosistem, habitat hidup, dan keanekaragaman spesies asli.
Apalagi, ia menegaskan bahwa dalam hal sumber daya hayati perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup telah memberikan mandat kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan khususnya terkait penanganan dan pengelolaan spesies asing invasif sumberdaya perikanan.
"Untuk itu, KKP berkewajiban untuk mengembangkan strategi nasional pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati perikanan secara berkelanjutan," katanya.
Menteri Kelautan dan Perikanan menegaskan, dampak negatif introduksi ikan telah dirasakan di Indonesia.
Ia mencontohkan, meledaknya populasi ikan sapu-sapu, keong mas, dan ikan mujair di beberapa perairan umum telah mendominasi dan ketidakseimbangan populasi dapat menurunkan populasi spesies asli.
Bahkan hal tersebut kemungkinan juga mengindikasikan bahwa telah terjadi kepunahan spesies ikan asli.
"Populasi ikan mujair di Waduk Cirata semakin berkurang, tapi ironisnya populasi ikan louhan meningkat. Sedangkan di waduk Sempor, Jawa Tengah, ikan wader dan ikan betik yang dulunya berlimpah sekarang sudah jauh berkurang, dan sebaliknya ikan sscar dan louhan banyak ditemukan," katanya.
Selain itu, Menteri Kelautan dan Perikanan juga mengingatkan bahwa ikan-ikan asli di perairan Bangka seperti belida, tapah, sekarang populasinya tergusur oleh ikan toman yang dahulu ditebarkan sebagai upaya reklamasi bekas galian tambang.
Kemudian, populasi ikan depik, ikan asli danau Laut Tawar Aceh, mulai terdesak oleh ikan nila yang diintroduksikan ke danau itu.
"Ikan setan merah (red devil) yang masuk secara tidak sengaja bersama aneka jenis benih ikan di waduk Sermo, Yogyakarta populasinya semakin tidak terkendali, memangsa ikan lain seperti ikan mas, tawes, nila di waduk tersebut," katanya.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013