"Topik yang saya sampaikan adalah mematahkan yang membelenggu kita. Jadi saya akan bicara tentang mitos," kata SBY.
Dia menjelaskan panitia telah bertemu dengannya di Museum SBY-ANI, Pacitan, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Panitia meminta agar dia menyumbangkan lukisan untuk dipamerkan dan menyampaikan pidato.
"Ada dua yang dimintakan ke saya, yang pertama agar ikut menyumbangkan lukisan untuk dipamerkan. Itu menurut saya hukumnya wajib. Yang satunya lagi, saya menyampaikan pidato pada malam hari ini. Itu Sunnah, tapi saya penuhi," jelasnya.
SBY menyampaikan pidato selama 30 menit pada kegiatan yang dilaksanakan Jogja Disability Arts dan Yayasan Urun Daya Kota itu.
Baca juga: Museum dan Galeri SBY-ANI, hadiah terbaik bagi bangsa di HUT Ke-78 RI
Baca juga: SBY resmikan Museum dan Galeri SBY*ANI di Pacitan
SBY menceritakan bagaimana transformasi dirinya seorang anak desa dari Pacitan, 30 tahun mengabdi sebagai prajurit di TNI, 15 tahun di politik dan pemerintahan, dan sekarang masuk dunia yang baru, yakni seni dan budaya.
Menurut dia, seorang seniman abad 19 dari Rusia namanya Wassily Kandinsky mengatakan dalam dunia seni itu sebetulnya tidak ada salah dan benar, tidak harus seni itu, jangan begini, jangan begitu, atau harus begini harus begitu.
"Tetapi kata dia, seni itu bebas, 'The Art is Free'," ujarnya.
Hal itu, kata SBY, menjadi motivasi untuk menggeluti dunia saya yang baru, masuk dalam dunia seni setelah puisi, kemudian seni musik, dan menciptakan lagu.
"Saya sekarang belajar dengan serius dan tekun di seni lukis," ungkapnya.
SBY menutup pidatonya dengan menyampaikan tiga kunci agar manusia dan masyarakat Indonesia dapat berubah.
Pewarta: Fauzi
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023