Rupiah hari ini diprediksi menguat pada penutupan perdagangan dipengaruhi oleh melemahnya index dolar AS
Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan penguatan rupiah dipengaruhi pelemahan index dolar Amerika Serikat (AST) dan penurunan yield obligasi pemerintah AS akibat data Purchasing Managers' Index (PMI) AS yang melemah.
“Rupiah hari ini diprediksi menguat pada penutupan perdagangan dipengaruhi oleh melemahnya index dolar AS dan penurunan yield obligasi pemerintah AS akibat data PMI AS yang lemah,” ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.
Data PMI manufaktur AS sebesar 47 atau di bawah ekspektasi 49,3, lalu services PMI sebesar 51 dengan ekspektasi 52,2, serta composite PMI sebesar 50,4 dengan ekspektasi 52.
Dia juga menilai keputusan Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 Agustus 2023 yang mempertahankan suku bunga acuan BI alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen karena bank sentral tersebut tak mau kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Namun demikian, BI tetap akan menjaga stabilitas nilai tukar melalui instrumen non bunga dan stand by di pasar,” ujarnya.
Lebih lanjut, BI disebut bisa melakukan pengetatan likuiditas rupiah di pasar melalui lelang obligasi pemerintah di pasar sekunder.
“BI juga akan stand by di pasar valas dengan melepas cadangan devisanya atau meningkatkan transaksi bilateral swap dengan negara mitra,” kata Rully.
Pada penutupan perdagangan hari, rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,32 persen atau 49 poin menjadi Rp15.246 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.295 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin turut melemah ke posisi Rp15.253 dari sebelumnya Rp15.319 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah menguat terbatas pascadata PMI AS lebih lemah dari perkiraan
Baca juga: Rupiah pada Kamis pagi menguat jadi Rp15.257 per dolar
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023