Medan (ANTARA News) - Sebagian keluarga korban Kapal Motor Surya Makmur Indah yang tenggelam di perairan Mursala dan Bintana di Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumut meminta kepada pemerintah agar mengangkat bangkai kapal yang berada di dasar laut itu ke permukaan. Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Sibolga, Letkol Laut (P) Djaka Satoso ketika dihubungi di Medan, Rabu malam mengatakan, permintaan tersebut disampaikan mereka, pada saat pertemuan keluarga korban dengan Unsur-Unsur Muspida di daerah itu. "Keluarga korban tersebut juga minta kepada tim SAR agar terus melanjutkan pencaharian korban yang hilang dan masih banyak lagi yang belum ditemukan," katanya. Menurut dia, permintaan mengenai pengangkatan kapal yang tenggelam itu, saat ini masih dipertimbangkan, karena masalah ini bukan hal yang mudah, mengingat lokasi tempat terjadinya musibah itu sangat sulit dan berbahaya. Sehubungan itu, kata dia, tidak seluruhnya saran dan permintaan yang disampaikan oleh keluarga korban tersebut dapat dipenuhi dan masalah ini perlu dibahas lebih lanjut. "Mengangkat kapal kayu yang tenggelam di laut itu adalah bukan pekerjaan yang mudah dan mempunyai resiko cukup besar," tegasnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan, pencaharian korban yang dilakukan tim SAR pada hari ini, nihil dan tidak ada menemukan jenazah. Pada hari ini, Rabu,(28/6) pencaharian terhadap korban yang belum ditemukan ditutup. Pencaharain bisa saja dilakukan lagi, jika mengetahui adanya korban yang ditemukan di tengah laut, katanya. Ia menyebutkan, satu lagi jenajah korban kapal yang tenggelam diangkut oleh KRI Gilimanuk dari Pelabuhan Sambas Sibolga tujuan Pelabuhan Gunung Sitoli. Sebelumnya, KRI.Teuku Umar juga telah mengangkut lima jenazah dan 80 orang warga ke Pelabuhan Gunung Sitoli. Selain mengangkut warga Nias yang sudah meninggal, KRI Gilimanuk juga membawa sebanyak 290 warga ke Gunung Sitoli. Ketika ditanya jumlah korban yang tewas ditemukan oleh tim SAR, Santoso mengatakan, sebanyak 16 orang ditemukan tewas, 95 orang selamat, dan diperkirakan 23 orang lagi belum ditemukan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006