Jakarta (ANTARA) - Persatuan Ahli Gizi (Persagi) DKI Jakarta menggencarkan kampanye pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayinya sebagai upaya mencegah terjadinya stunting atau tengkes pada bayi.
"ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, khususnya berusia 0-6 bulan, itu tidak bisa tergantikan oleh makanan dan minuman apapun," kata Ketua DPD Persagi DKI Jakarta Sunersi Handayani saat menjadi pembicara seminar "Pekan Menyusui Se-Dunia 2023" yang digelar secara hibrid di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dapat menurunkan risiko bayi mengalami stunting.
"Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dan berisiko lebih rendah untuk mengalami obesitas dan penyakit menular pada saat dewasa," katanya.
Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2021 menunjukkan prosentase bayi yang kurang 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif mencapai 69,70 persen, sementara untuk capaian DKI Jakarta 79,01 persen.
Baca juga: DWP Jakbar selenggarakan lomba masak olahan tempe untuk cegah stunting
Karena itu, kata dia, perlu didorong agar ibu yang bekerja untuk tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya agar anaknya tidak mengalami stunting.
"Menyusui merupakan salah satu investasi terbaik bangsa. ASI merupakan makanan terbaik dan mencegah masalah gizi bagi bayi," kata dia.
Kepala Puskesmas Kecamatan Duren Sawit itu juga menyebutkan, banyak faktor yang menyebabkan seorang ibu tak bisa memberikan ASI kepada bayinya. Salah satunya, ibu yang bekerja hanya diberikan waktu tiga bulan saat masa cuti.
Padahal, untuk lulus ASI eksklusif memerlukan waktu selama 6 bulan. "Inilah menjadi alasan bagi kita semua untuk terus berupaya mengkampanyekan dan mendorong ibu untuk memberikan ASI-nya walaupun sudah bekerja," ujar Sunersi.
Baca juga: Pemkot Jaktim bagikan makanan untuk balita stunting di Pondok Kopi
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Lysbeth Regina Pandjaitan menyebutkan, idealnya kaum ibu yang bekerja diberikan waktu cuti melahirkan selama 6 bulan agar bisa memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Menurut dia, berkurangnya pemberian ASI akan
berdampak terhadap asupan gizi yang diterima oleh bayi sehingga bisa mengalami stunting.
Dikatakannya, prevalensi stunting di Indonesia sekitar 21,2 persen, sementara di DKI Jakarta sekitar 14,8 persen.
Baca juga: Pemkot Jaktim gelar kampanye Gemarikan 2023 tekan tengkes
Karena itu, dengan seminar ini diharapkan dapat menjadi bagian percepatan menurunkan angka stunting karena anak-anak diberikan gizi di awal kehidupan.
Lysbeth meminta agar pihak perusahaan menyiapkan tempat bagi ibu yang bekerja untuk memerah susu atau menyusui.
Kalau perusahaan belum mempunyai konselor tinggal menghubungi Puskesmas karena Puskesmas memiliki tenaga konselor yang sudah terlatih dan dapat bekerjasama dengan pihak terkait. "Sehingga kita dapat menyukseskan ASI eksklusif bagi ibu yang bekerja," katanya.
Baca juga: Audit kasus stunting jadi agenda prioritas Pemkot Jaksel
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023