Pemerintah Kota Surakarta berupaya membumikan keris Indonesia melalui kirab pusaka yang akan dilaksanakan pada Jumat (25/8), selain sebagai upaya pelestarian budaya, kirab pusaka juga dimaksudkan untuk menghilangkan persepsi klenik dan mistis.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Bonita Rintyowati di Solo, Rabu mengatakan keris merupakan warisan tak benda sudah diakui dunia. Oleh karena itu, perlu komitmen dan gerakan dari semua pihak terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat untuk bersama-sama melestarikan keris Indonesia.
"Salah satunya melalui kirab pusaka ini," sebut dia.
Baca juga: Museum Nasional: Keris Diponegoro sesuai dengan catatan sejarah
Ia mengatakan pergelaran Kirab Pusaka juga dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-6 Museum Keris Nusantara. Menurut dia, keris hibah dari Presiden Joko Widodo yaitu Keris Kyai Tengara ikut serta dalam prosesi kirab bersama beberapa koleksi keris dan tombak lainnya.
"Tidak hanya koleksi dari Museum Keris Nusantara, beberapa komunitas seperti, Komunitas Bratasura, Komunitas Nunggak Semi, Tosan Aji Karanganyar, Panji Suko, dan kolektor keris Solo Raya ikut hadir dalam memeriahkan kirab pusaka ini," kata Bonita.
Ia mengatakan akan ada koleksi keris dari Museum Gubug Wayang Mojokerto yang ikut dalam parade Kirab Pusaka kali ini.
"Koleksi dibawa langsung oleh Mpu Madura dari Museum Gubug Wayang Mojokerto," katanya.
Baca juga: Keris pusaka berusia lebih 700 tahun dipamerkan di Museum Tosan Aji
Ada juga pasukan pembawa keris nusantara, di antaranya dari Bali, Madura, Lombok, Minang, Bugis, Palembang, Bangkinang Riau. Kemudian parade Mpu Madura dari Museum Gubug Wayang, Komunitas Mantra Gula, dan Sanggar Arsa Jumangkah.
Pada kesempatan yang sama, panitia acara Reifatma Nuraviani berharap acara tersebut dapat menghilangkan persepsi mistis dari keris.
"Solo masih melakukan kirab pusaka, ini bukan klenik, bukan mistis. Harapannya opini ini dihilangkan. Budaya bukan hal kuno, maka kami mengemasnya seiring berjalannya teknologi," ujar Reifatma.
Baca juga: Keraton Surakarta kirab tujuh pusaka pada malam 1 Sura
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Bonita Rintyowati di Solo, Rabu mengatakan keris merupakan warisan tak benda sudah diakui dunia. Oleh karena itu, perlu komitmen dan gerakan dari semua pihak terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat untuk bersama-sama melestarikan keris Indonesia.
"Salah satunya melalui kirab pusaka ini," sebut dia.
Baca juga: Museum Nasional: Keris Diponegoro sesuai dengan catatan sejarah
Ia mengatakan pergelaran Kirab Pusaka juga dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-6 Museum Keris Nusantara. Menurut dia, keris hibah dari Presiden Joko Widodo yaitu Keris Kyai Tengara ikut serta dalam prosesi kirab bersama beberapa koleksi keris dan tombak lainnya.
"Tidak hanya koleksi dari Museum Keris Nusantara, beberapa komunitas seperti, Komunitas Bratasura, Komunitas Nunggak Semi, Tosan Aji Karanganyar, Panji Suko, dan kolektor keris Solo Raya ikut hadir dalam memeriahkan kirab pusaka ini," kata Bonita.
Ia mengatakan akan ada koleksi keris dari Museum Gubug Wayang Mojokerto yang ikut dalam parade Kirab Pusaka kali ini.
"Koleksi dibawa langsung oleh Mpu Madura dari Museum Gubug Wayang Mojokerto," katanya.
Baca juga: Keris pusaka berusia lebih 700 tahun dipamerkan di Museum Tosan Aji
Ada juga pasukan pembawa keris nusantara, di antaranya dari Bali, Madura, Lombok, Minang, Bugis, Palembang, Bangkinang Riau. Kemudian parade Mpu Madura dari Museum Gubug Wayang, Komunitas Mantra Gula, dan Sanggar Arsa Jumangkah.
Pada kesempatan yang sama, panitia acara Reifatma Nuraviani berharap acara tersebut dapat menghilangkan persepsi mistis dari keris.
"Solo masih melakukan kirab pusaka, ini bukan klenik, bukan mistis. Harapannya opini ini dihilangkan. Budaya bukan hal kuno, maka kami mengemasnya seiring berjalannya teknologi," ujar Reifatma.
Baca juga: Keraton Surakarta kirab tujuh pusaka pada malam 1 Sura
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023