Jambi (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi akan tetap melakukan modifikasi cuaca untuk menghadapi cuaca ekstrem ke depannya serta mencegah terjadinya kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa daerah.
"Pemprov Jambi akan memperpanjang modifikasi cuaca jika cuaca semakin ekstrem dengan melakukan aktivitas teknologi modifikasi cuaca (TMC) agar hujan buatan di Provinsi Jambi berhasil, dan buktinya beberapa hari lalu terjadi hujan dengan intensitas ringan," kata Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jambi Sudirman di Jambi, Rabu.
Baca juga: BRIN modifikasi cuaca selama 12 hari di Jambi dan Sumsel
TMC tersebut dilakukan melalui pesawat jenis Cessna C208 dan laporan yang diterima dari BNPB sudah melakukan TMC dari 15-21 Agustus 2023, dimana pesawat mengangkut garam dengan kapasitas 16 ton, dalam tujuh hari menabur garam dan disemai dalam posisi awan mencapai 70 persen.
"Jadi, akhir-akhir ini terjadi hujan itu karena TMC," kata Sudirman.
Dalam beberapa pekan terakhir ini kondisi cuaca sangat ekstrem tanpa hujan. Kondisi itu dinilai BNPB sangat membahayakan bagi areal gambut, karena areal gambut itu tidak boleh dalam posisi kering dan ketika kering akan menjadi bahan mudah terbakar.
Dalam sepekan kemarin menjadi tugas dan peran dari BNPB melakukan TMC di wilayah Provinsi Jambi, dan sudah ada hujan setelah dilakukan TMC. Setelah ini pihaknya melakukan evaluasi terkait kegiatan TMC.
Baca juga: Rekayasa cuaca sasar Sumatera Selatan dan Jambi cegah karhutla
Baca juga: Cegah karhutla, KLHK inisiasi TMC di Sumsel dan Jambi
Kondisi cuaca lebih mengering, tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang untuk dilakukan TMC kembali dan kegiatan ini difokuskan di area yang berpotensi kebakaran, termasuk area yang sudah terjadi kebakaran, terutama wilayah barat Sarolangun dan Batanghari, serta wilayah Timur Jambi, seperti Tanjab Timur, Tanjab Barat dan Muaro Jambi.
"Paling tidak kegiatan modifikasi cuaca ini bisa membasahi areal lahan gambut, sehingga tidak terlalu kering dan tidak menjadi bahan baku yang memicu kebakaran hutan dan lahan," ujarnya.
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023