Berlin (ANTARA) - Dewan Pakar Perubahan Iklim Jerman (ERK) menyebut pencapaian program aksi iklim mundur dari target yang diusulkan negara tersebut dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, demikian menurut laporan ahli yang dipublikasikan pada Selasa (22/8).

ERK mengatakan bahwa meskipun rencana aksi yang diumumkan pada Juni lalu dapat memungkinkan pengurangan emisi yang signifikan, tetap akan ada "kesenjangan besar" dari target yang ditetapkan dalam Undang-Undang Perubahan Iklim Federal (KSG).

"Untuk beberapa kebijakan, kami skeptis mengenai kemungkinan penerapannya, serta penyimpangan antara kenyataan dan asumsi pemerintah federal di dalam dokumen," kata Ketua ERK Hans-Martin Henning.

ERK menegaskan bahwa pemerintah belum menjelaskan bagaimana kesenjangan pada target KSG itu akan diatasi.

Jerman menargetkan untuk memangkas emisi gas rumah kacanya sebesar 65 persen pada 2030 dibandingkan dengan level pada 1990, dan mencapai status netral iklim pada 2045, lima tahun lebih awal dari Uni Eropa (UE).

Guna mencapai target ambisius ini, semua sektor harus mencapai target pengurangannya masing-masing demi akuntabilitas yang lebih baik.

Pejalan kaki yang mengenakan masker terlihat di sebuah jalan di Berlin, Jerman, pada 12 Januari 2022. (Stefan Zeitz/Xinhua)

Dikatakan oleh ERK bahwa data yang mereka terima dari pemerintah Jerman bersifat komprehensif, "namun tidak memadai." Akibatnya, dampak pengurangan dari kebijakan iklim pemerintah tidak dapat dipastikan.

Sektor transportasi dan bangunan di Jerman secara khusus dinilai mengalami kesulitan dalam memangkas gas rumah kaca. Rencana pemerintah untuk kedua sektor ini "tidak akan cukup untuk mengompensasi ketertinggalan target sektoral," kata laporan itu.

Peralatan pemuatan beroperasi di halaman batubara pembangkit listrik termal di Berlin, Jerman, 9 Januari 2023.(Xinhua/Ren Pengfei)

"Estimasi pengurangan secara keseluruhan mungkin terlalu berlebihan." Pemerintah akan "secara intensif memeriksa" temuan laporan tersebut, kata Kementerian Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman dalam sebuah pernyataan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023