Tantangan terbesar bagi bank-bank China adalah menghadapi marjin bunga bersih yang semakin rendah karena permintaan kredit masih lemahBeijing (ANTARA) - Upaya yang dilakukan para pembuat kebijakan di China untuk mengatasi krisis utang di sektor properti dan menopang perekonomian akan memberikan pukulan terhadap prospek pendapatan bank-bank besar di negara itu karena mereka terdesak untuk meningkatkan permintaan kredit.
Lima bank milik negara terbesar di China diperkirakan akan mencatat penurunan tajam dalam pendapatan dan menyempitnya margin bunga bersih (NIM) seiring dengan laporan hasil semesteran mereka, dengan China Construction Bank memulai musim pelaporan pada Rabu.
Hasil ini akan dicapai dengan latar belakang pertumbuhan kredit yang mencapai rekor terendah pada Juli, risiko gagal bayar (default) di beberapa pengembang perumahan dan kegagalan pembayaran oleh manajer kekayaan swasta yang terkait dengan shadow banking yang telah meningkatkan risiko penularan ke perekonomian yang lebih luas.
Bank-bank juga sedang berjuang melawan hambatan seperti rendahnya suku bunga pinjaman dan tekanan dari pemerintah untuk menopang perekonomian – yang telah terpukul oleh lemahnya permintaan baik dari dalam maupun luar negeri – serta kredit macet yang terkait dengan pengembang properti dan sarana pembiayaan pemerintah daerah (LGFV).
“Tantangan terbesar bagi bank-bank China adalah menghadapi marjin bunga bersih yang semakin rendah karena permintaan kredit masih lemah dalam perekonomian riil,” kata Gary Ng, ekonom senior di Natixis Corporate & Investment Banking.
“Meskipun ada dukungan dari eksposur yang lebih besar terhadap aset-aset yang terkait dengan pemerintah, namun masih terdapat ketidakpastian mengenai apakah hal ini dapat sepenuhnya menahan lemahnya permintaan di rumah tangga dan perusahaan.”
Baca juga: China pangkas suku bunga moderat di tengah meningkatnya risiko yuan
China memangkas suku bunga pinjaman acuan satu tahun pada Senin (21/8/2023), yang akan semakin membebani NIM perbankan.
NIM bank komersial China menyusut tajam menjadi 1,74 persen pada kuartal terakhir dari 1,91 persen pada akhir tahun 2022, menurut data resmi.
Situasi ini mengkhawatirkan pihak berwenang, dimana bank sentral memperingatkan bahwa bank-bank perlu mempertahankan tingkat keuntungan dan NIM yang tepat untuk memastikan keberlanjutan dalam mendukung perekonomian riil.
Hasil semesteran dari lima bank terbesar dan komentar manajemen akan membantu memberikan gambaran sekilas mengenai prospek pendapatan jangka pendek untuk sektor ini, serta prospek perekonomian terbesar kedua di dunia itu.
Pendapatan Industrial and Commercial Bank of China Ltd diperkirakan turun 8,7 persen tahun-ke-tahun pada kuartal kedua tahun ini, menurut perkiraan median Refinitiv.
Bank of Communications Co Ltd diperkirakan melaporkan penurunan pendapatan sebesar 9,2 persen, sementara pendapatan Agricultural Bank of China Ltd diperkirakan turun 4,2 persen.
Saham lima bank terbesar China telah merosot sejak awal Mei di tengah kekhawatiran atas melemahnya perekonomian.
Dalam jangka pendek, bank-bank menghadapi risiko penurunan termasuk paparan mereka terhadap restrukturisasi utang LGFV dan gagal bayar pengembang, analis di JPMorgan mengatakan dalam sebuah laporan penelitian.
Kota-kota yang terlilit utang merupakan risiko besar bagi perekonomian dan stabilitas keuangan China, setelah bertahun-tahun melakukan investasi berlebihan dalam infrastruktur dan anjloknya keuntungan dari penjualan tanah.
Analis JPMorgan memperkirakan pemerintah akan mengambil tanggung jawab atas sekitar 10 persen utang yang menghadapi masalah pembayaran bunga, dan kemudian bank-bank akan memperpanjang atau merestrukturisasi sisa pinjaman.
Hal ini kemungkinan akan menyebabkan kenaikan biaya kredit sekitar 4 basis poin dan mengurangi NIM sekitar 6 basis poin pada tahun 2025 bagi bank, perkiraan mereka.
Di sektor properti, bank tidak hanya harus menghadapi gagal bayar tetapi juga harus merestrukturisasi pinjaman, yang berarti berkurangnya pendapatan bunga di tahun-tahun mendatang, kata Christopher Beddor, wakil direktur penelitian China di Gavekal Dragonomics.
“Tantangan terbesar sejauh ini adalah margin bunga bersih.”
“Mereka pasti bisa melakukan penurunan suku bunga deposito lagi, atau bahkan beberapa kali. Namun, tidak ada jalan keluar dari kenyataan bahwa bank perlu mengorbankan profitabilitas untuk mendukung perekonomian tahun ini,” tambah Beddor.
Baca juga: China bersiap pangkas suku bunga pinjaman karena ekonomi memburuk
Baca juga: Bank sentral China pinjamkan 35 miliar yuan untuk daerah bencana
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023