Johannesburg (ANTARA) - China sedang memainkan peran penting dalam mendorong kerja sama BRICS yang saling menguntungkan melalui perkembangan lebih lanjut yang diperkirakan akan muncul saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-15 berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan (Afsel), dari 22 hingga 24 Agustus 2023.
Dipandu oleh semangat keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama BRICS yang saling menguntungkan (win-win), negara-negara anggota meningkatkan kerja sama untuk mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19, menurut para pakar.
Perdagangan luar negeri China dengan negara-negara BRICS lainnya, yaitu Brasil, Rusia, India, dan Afsel, melonjak 19,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 2,38 triliun yuan (1 yuan = Rp2.114) atau sekitar 330,62 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.326) dalam tujuh bulan pertama 2023, tunjuk data dari Administrasi Umum Kepabeanan China pada Senin (21/8).
Angka itu mewakili 10,1 persen dari total nilai perdagangan luar negeri China selama periode tersebut, dan menandai kenaikan sebesar 1,6 poin persentase.
Secara khusus, ekspor China ke negara-negara tersebut berjumlah 1,23 triliun yuan, naik 23,9 persen (yoy), sementara impornya mencapai 1,15 triliun yuan, dengan pertumbuhan 14,3 persen (yoy).
Menurut Dr. Kenneth Creamer, seorang ekonom dari Universitas Witwatersrand di Johannesburg, tujuan utama BRICS adalah untuk mendorong peningkatan level perdagangan dan kerja sama di antara negara-negara anggota dan BRICS telah berhasil mencapai tujuan ini sejak pertemuan pertamanya.
"Peningkatan kerja sama di sektor-sektor seperti energi dan pertanian dapat memainkan sebuah peran penting dalam meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi serta lapangan kerja di negara-negara anggota BRICS. Peningkatan perdagangan dan kerja sama antar negara-negara BRICS juga dapat membantu mendorong pemulihan ekonomi setelah dampak negatif yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19," kata Dr. Creamer, yang juga anggota Dewan Penasihat Ekonomi Kepresidenan (Presidential Economic Advisory Council) Afrika Selatan.
Perihal kerja sama China-Afsel, Dr. Creamer mengatakan bahwa China dan Afsel harus membangun hubungan kuat yang sudah ada untuk berusaha mengintegrasikan manufaktur dan rantai pasokan kedua negara dengan lebih baik guna membantu pengembangan dan peluang di kedua negara.
Pada paruh pertama tahun ini, perdagangan bilateral antara China dan Afsel mencapai 28,25 miliar dolar AS, naik 11,7 persen (yoy), tunjuk data resmi.
China mempertahankan posisinya sebagai mitra dagang terbesar Afsel selama 14 tahun berturut-turut, sementara Afsel menjadi mitra dagang terbesar China di Afrika selama 13 tahun berturut-turut.
"Perusahaan-perusahaan China harus didorong agar memanfaatkan Afrika Selatan sebagai sebuah negara basis untuk memproduksi, merakit, dan mengirimkan produk-produk serta layanan untuk dijual di negara lain di Afrika Sub-Sahara," ujar Dr. Creamer.
China tetap menjadi mitra dagang terbesar Afrika selama 14 tahun berturut-turut. Kedua belah pihak bersama-sama telah membangun dan mengoperasikan lebih dari 10.000 km jalur kereta, hampir 100.000 km jalan raya, dan serangkaian proyek infrastruktur penting, termasuk bandara, dermaga, jembatan, dan pembangkit listrik, menurut Kementerian Perdagangan China.
Tshifhiwa Tshivhengwa, CEO Dewan Bisnis Pariwisata Afsel, mengatakan bahwa mereka menganggap KTT BRICS dapat mendatangkan lebih banyak wisatawan. "Ini sebuah acara besar. Kami mengharapkannya dapat meningkatkan pariwisata kami."
"Kita perlu berfokus pada negara-negara seperti China untuk membawa lebih banyak wisatawan ke negara ini. Dari situlah pertumbuhan kita dalam hal wisatawan akan datang; kita perlu melihat lebih jauh dari sekedar area-area konvensional," tambah Tshivhengwa.
Wandile Sihlobo, kepala ekonom sekaligus peneliti di Kamar Bisnis Pertanian Afrika Selatan, menyatakan bahwa China memiliki salah satu pasar terbesar di dunia dalam hal produk pertanian.
"Afsel adalah salah satu negara yang juga mencoba memperdalam ekspornya ke China, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari diskusi yang sedang berlangsung di dalam berbagai kelompok kerja bisnis BRICS," sebut Sihlobo.
Dengan mengusung tema "BRICS dan Afrika: Kemitraan untuk Pertumbuhan yang Saling Dipercepat, Pembangunan Berkelanjutan, dan Multilateralisme Inklusif", KTT itu akan melanjutkan momentum kerja sama yang sehat dari BRICS "Tahun China" 2022 dan memetakan masa depan yang lebih cerah bagi BRICS.
"KTT ini sangat penting untuk memajukan kerja sama praktis di kalangan negara berkembang dan emerging market di berbagai bidang, mempromosikan reformasi tata kelola global, serta meningkatkan representasi dan suara negara-negara berkembang," ujar Li Wentao, seorang peneliti dari Institut Hubungan Internasional Kontemporer China.
Selain itu, Li menambahkan bahwa di tengah perubahan global yang besar, solidaritas dan kerja sama di antara negara-negara BRICS akan membawa lebih banyak kepastian ke dunia yang penuh dengan ketidakpastian.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023