Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan dokter spesialis jantung Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K) memaparkan prosedur terapi renal denervation atau denervasi ginjal sebagai salah satu solusi penanganan hipertensi.

"Denervasi ginjal adalah prosedur minimal invasif tanpa bedah, hanya dengan memasukkan kateter lewat arteri femoralis (arteri besar pada pangkal paha)," katanya dalam diskusi terkait Renal Denervasi yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Faris mengatakan upaya tersebut dilakukan untuk kemudian mengeluarkan gelombang radio intens yang diarahkan pada saraf-saraf di sekitar ginjal yang berperan pada mekanisme hipertensi.

Baca juga: Dokter jantung bagikan kiat diet pasien hipertensi

Dia menyebutkan upaya tersebut utamanya dilakukan pada pasien yang sudah tidak mempan dengan kombinasi beberapa obat penurun tekanan darah.

"Pada beberapa orang, hipertensi sulit dikendalikan meski dengan pengobatan khusus. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah hipertensi resisten, yaitu kegagalan untuk mengontrol tekanan darah meskipun telah mengonsumsi dosis maksimum dari obat yang diberikan dokter," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Faris, prosedur denervasi ginjal efektif membantu pasien hipertensi yang memiliki efek samping dari obat konvensional, serta pasien yang tidak patuh dan kesulitan dalam mengonsumsi obat hipertensi dalam jangka panjang.

Faris mengungkapkan prosedur ini memiliki banyak keuntungan, antara lain aman untuk ginjal, karena dilakukan dalam waktu singkat kurang lebih satu jam, dan setelah satu hingga dua hari rawat inap, pasien diperbolehkan untuk pulang.

"Tidak memerlukan implan atau alat apapun, sehingga sangat efektif untuk menurunkan risiko stroke, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit vaskular perifer, dan kerusakan pembuluh darah retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan," tuturnya.

Terkait hal tersebut, data dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 33 persen.

Baca juga: Dokter bolehkan pasien hipertensi minum kopi

Baca juga: Kemenkes paparkan upaya mengendalikan hipertensi di Indonesia

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta seluruh lapisan masyarakat untuk mulai membiasakan diri rutin melakukan cek tekanan darah, baik secara mandiri ataupun di fasilitas kesehatan terdekat sebagai upaya pencegahan hipertensi.

"Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer. Selain menyebabkan penyakit lain dan kematian, pembiayaan kesehatan juga menjadi sangat besar,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Jakarta (6/6).

Dengan rutin memeriksakan tekanan darah, kata Menkes, masyarakat sudah berpartisipasi aktif melakukan deteksi dini hipertensi yang sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit tidak menular akibat hipertensi.

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023