"Kegiatan ini merupakan program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) Desa Herbal Kebontunggul yang difasilitasi dan didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Ditjen Diktiristek," ujar Ketua PKM Ubaya Tjie Kok, Ph.D., dalam keterangan di Surabaya, Selasa.
Tim PKM Ubaya beranggotakan Dr Noviaty Kresna Darmasetiawan dan Hany Mustikasari, serta mahasiswa dari Fakultas Teknobiologi dan Fakultas Industri Kreatif Ubaya.
Baca juga: Ubaya kembangkan Ketapanrame sebagai desa wisata edukasi
Namun, kata dia, pemanfaatan daun jati belum dilakukan secara optimal, sehingga banyak daun yang akhirnya gugur dan terbuang begitu saja.
"Selama ini daun jati hanya digunakan sebagai pembungkus makanan. Saat ke sana, kami memilah jenis daun jati dari daun muda, sedang, dan tua. Akhirnya, kami menemukan bahwa daun jati muda memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk pangan," ujarnya.
Baca juga: Dosen-mahasiswa Ubaya bantu tingkatkan perekonomian Desa Kedungudi
Selain itu, tim juga akan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti mesin penggiling, mesin pengering makanan, dan lain-lain.
Baca juga: Mahasiswa Ubaya temukan bioinsektisida dari jamur
"Inovasi ini bisa jadi ikon desa herbal yang dapat meningkatkan pendapatan asli desa. Kami dukung dalam penyiapan lahan, rumah produksi, tempat pengemasan, pemasaran, sumber daya manusia, serta kebutuhan lainnya," ujarnya.
Ia berharap program ini dapat terus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kemajuan Desa Kebontunggul.
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023