Melonjaknya imbal hasil AS jangka panjang dan tanggapan yang mengecewakan oleh pembuat kebijakan China terhadap tekanan yang sedang berlangsung di pasar properti dan keuangan China terus memberikan dorongan bullish terhadap dolar ASTokyo (ANTARA) - Dolar AS melemah kembali dari puncak 10 minggu versus mata uang utama lainnya di sesi Asia pada Selasa sore, bahkan ketika imbal hasil obligasi pemerintah bergerak ke tertinggi baru pasca krisis keuangan, karena para pedagang menunggu pidato penting dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell akhir pekan ini.
Yen menjauh dari level terendah sembilan bulan setelah Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Kazuo Ueda bertemu dengan perdana menteri, meskipun ia mengatakan volatilitas nilai tukar tidak dibahas.
Yuan China sempat melonjak ke level tertinggi satu minggu karena bank sentral kembali mencoba untuk memperkuat mata uang dengan menetapkan kurs tengah harian yang jauh lebih kuat dari yang diantisipasi, tetapi kenaikan itu gagal dengan cepat.
Indeks dolar AS - yang mengukur greenback terhadap enam mitra uang utama lainnya, termasuk yen dan euro - turun 0,14 persen menjadi 103,18, tetapi tetap tidak jauh dari tertinggi Jumat (18/8) di 103,68, level yang tidak terlihat sejak 12 Juni.
"Melonjaknya imbal hasil AS jangka panjang dan tanggapan yang mengecewakan oleh pembuat kebijakan China terhadap tekanan yang sedang berlangsung di pasar properti dan keuangan China terus memberikan dorongan bullish terhadap dolar AS," Richard Franulovich, ahli strategi mata uang di Westpac, menulis dalam sebuah catatan.
"Jika Ketua Powell membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan (suku bunga)," dalam pidatonya pada Jumat (25/8) di simposium tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, "sebuah front baru untuk kenaikan dolar AS dapat terbentuk," dengan indeks dolar berpotensi menembus di atas 104 katanya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak November 2007 di angka 4,366 persen, karena pandangan bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama terus melekat di benak pasar.
Pasar uang saat ini memberikan peluang 50/50 untuk kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada November, sebelum bank sentral beralih ke penurunan suku bunga tahun depan.
Namun, pasangan dolar-yen mengabaikan kenaikan imbal hasil AS untuk diperdagangkan 0,22 persen lebih rendah di 145,935. Pedagang mewaspadai intervensi setelah level di sekitar 146 mendorong pembelian yen pertama oleh pejabat Jepang dalam satu generasi pada September lalu.
Pada Kamis (17/8), dolar mencapai 146,565 yen untuk pertama kalinya sejak 10 November. Euro bertambah 0,15 persen menjadi 1,0912 dolar. Sterling naik 0,16 persen menjadi 1,27765 dolar.
Sementara itu, bank sentral China menetapkan kurs tengah yuan di 7,1992 per dolar pada Selasa, lebih kuat dari perkiraan Reuters, berusaha untuk mempertahankan batas bawah saat ini menyusul penurunannya ke level terendah 9,5 bulan di 7,349 di perdagangan pasar luar negeri minggu lalu.
Penetapan pada Selasa ini menyusul penurunan suku bunga yang lebih dangkal dan sempit dibandingkan perkiraan pasar sehari sebelumnya, karena langkah-langkah stimulus Beijing terus mengecewakan meskipun terdapat peningkatan permasalahan di sektor properti dan perekonomian secara keseluruhan.
Yuan di luar negeri sedikit berubah pada 7,2934, setelah menguat sebanyak 0,25 persen setelah penetapan. Dolar Australia, yang sering diperdagangkan sebagai proksi terhadap yuan China, juga sedikit berubah pada 0,6417 dolar AS.
Aussie telah bergerak lebih tinggi dalam beberapa sesi terakhir setelah turun ke level terendah 9,5 bulan di 0,6365 dolar AS pada Kamis (17/8).
"Kemungkinan akan dibutuhkan paket stimulus China yang besar yang berfokus pada pengeluaran infrastruktur intensif komoditas untuk membalikkan tren penurunan dolar Australia/dolar AS," Kristina Clifton, ahli strategi mata uang senior di Commonwealth Bank of Australia, menulis dalam sebuah catatan, menambahkan ada," menambahkan ada "risiko yang meningkat" untuk penurunan di bawah 0,60 dolar AS tahun ini.
Baca juga: Dolar dekati tertinggi di awal Asia seiring melonjaknya imbal hasil AS
Baca juga: Dolar AS melemah karena investor tunggu beberapa petunjuk baru
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023