Berlin (ANTARA) - Harga produsen produk industri Jerman turun 6 persen secara tahunan (yoy) pada Juli 2023, demikian disampaikan Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis), Senin (21/8).

Hal itu merupakan kali pertama sejak November 2020 harga produsen di ekonomi terbesar Eropa tersebut merosot dan merupakan penurunan terbesar sejak krisis keuangan dan ekonomi pada akhir 2009, menurut Destatis.

Setelah harga produsen naik tajam pada tahun 2022 akibat konflik Rusia-Ukraina, kini harga mulai berangsur normal. Secara khusus, energi dan barang setengah jadi seperti logam, menjadi jauh lebih murah dalam 12 bulan terakhir.

Meski energi merupakan pendorong harga utama pada 2022, saat ini pangan menjaga tingkat inflasi secara keseluruhan tetap tinggi. Pada Juli, harga produk pangan 11 persen lebih mahal dibandingkan setahun yang lalu.

Untuk meredam inflasi, Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga acuannya beberapa kali. Sejak awal Agustus, suku bunga pada operasi pendanaan kembali (refinancing), fasilitas pinjaman marjinal, dan fasilitas deposit meningkat masing-masing menjadi 4,25 persen, 4,50 persen, dan 3,75 persen.

Untuk tahun 2023, Institute for Economic Research memperkirakan inflasi hanya akan turun secara perlahan hingga 5,8 persen. Pada tahun 2024, institut tersebut memproyeksikan inflasi akan mencapai 2,1 persen.

Efek dari kenaikan suku bunga kini jelas terlihat, kata Moritz Schularick, presiden Kiel Institute for the World Economy (IfW Kiel), pada akhir Juli lalu. Dia mengomentari keputusan ECB yang menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut.

"Pasar real estat telah kolaps dan pinjaman korporasi turun secara signifikan. Awan di langit ekonomi semakin gelap, dan secara khusus, kelemahan pertumbuhan di Jerman kini menjadi jelas terlihat," ujar Schularick.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023