Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan arahan kepada masyarakat agar dapat mengurangi kebiasaan membuka lahan dengan cara dibakar.
Hal itu dikarenakan bahannya perambatan api yang semakin membesar, jika obyek yang terbakar adalah semak-semak.
"Ketika semak-semak belukar terbakar, itu apinya seperti gas sangat cepat, kekuatan api sangat luar biasa," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing diikuti di Jakarta, Senin.
Abdul melaporkan di Kalimantan Barat telah terjadi hal serupa, yang menyebabkan satu korban tewas akibat penjalaran api. Ia mengimbau agar masyarakat memperhatikan arah angin jika akan memadamkan api.
Sebab menurut dia, terkadang arah angin dapat berubah secara tiba-tiba yang yang awalnya menjauh lalu dapat membesar dan berbalik arah.
"Memang ada pada kondisi-kondisi tertentu terkait dengan lahan adat dan lain-lain, yang memang menjadi kebutuhan untuk membuka lahan dengan cara dibakar. Tapi pada kondisi seperti ini, dengan melihat kemungkinan tingginya potensi risiko yang ada ini, sebaiknya dihentikan dulu," kata Abdul.
BNPB mencatat dari 14-20 Agustus telah terjadi 52 kali kejadian bencana yang didominasi karhutla. Meski demikian beberapa wilayah di atas garis khatulistiwa dan khususnya Indonesia bagian barat, masih ada hujan dengan intensitas cukup tinggi.
Baca juga: BNPB: Banjir di musim kemarau telah menjadi fenomena global
Baca juga: BPBD Ponorogo tingkatkan kesiagaan bencana karhutla
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023