Bengaluru, India (ANTARA) - Badan antariksa India pada Senin mengeluarkan citra pesawat luar angkasanya yang berada di sisi terjauh bulan saat berusaha mendarat di kutub selatan bulan, beberapa hari setelah Rusia gagal mendarat di sana.
Pesawat antariksa Chandrayaan-3 milik Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO) berpacu dengan Rusia untuk menjadi yang pertama mendarat di kutub selatan bulan.
Di bagian wilayah bulan itu terdapat kawah yang diperkirakan mengandung air es yang mendukung pemukiman bulan di masa depan.
Ketika kabar kegagalan misi Luna-25 Rusia tersiar pada Minggu (20/8), ISRO mengungkapkan Chandrayaan-3 akan mendarat pada 23 Agustus.
Semua sistem pada pesawat ruang angkasa itu bekerja "sempurna" dan tidak ada kemungkinan hambatan saat hari pendaratan, kata badan antariksa India itu, Senin.
Misi yang dinamai Chandrayaan yang berarti "kendaraan bulan" dalam bahasa Hindi dan Sansekerta itu adalah upaya kedua India untuk mendarat di kutub selatan bulan.
Pada 2019, misi Chandrayaan-2 ISRO berhasil mengerahkan wahana pengorbit tapi kendaraan pendaratnya terhempas.
Baca juga: Misi pendaratan bulan Rusia bermasalah masuki orbit pra-pendaratan
Permukaan yang kasar membuat pendaratan di kutub selatan menjadi sulit, tetapi jika bisa melakukan pendaratan pertama maka akan menjadi hal bersejarah.
Es air di kawasan bulan itu dapat memasok bahan bakar, oksigen, dan air minum untuk misi masa depan.
Citra yang dirilis Senin memperlihatkan kawah di permukaan bulan yang ditangkap oleh Kamera Deteksi dan Penghindaran Bahaya Pendarat ISRO, yang dirancang untuk menemukan lokasi pendaratan yang aman bagi pesawat ruang angkasa.
Misi bulan India diluncurkan pada 14 Juli. Modul pendarat Chandrayaan-3 memisahkan diri dari modul propulsi pekan lalu.
Bagi India, pendaratan di bulan yang sukses akan memunculkan negara itu sebagai kekuatan antariksa baru setelah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi ingin memacu investasi dalam peluncuran ruang angkasa swasta dan bisnis berbasis satelit.
"Jika Chandrayaan-3 berhasil, maka akan meningkatkan reputasi badan antariksa India di dunia. Ini akan menunjukkan bahwa India menjadi pemain utama dalam penjelajahan ruang angkasa," kata Manish Purohit, mantan ilmuwan ISRO.
Hal itu juga akan menaikkan reputasi India dalam bidang teknik ruang angkasa yang sudah kompetitif. Chandrayaan-3 diluncurkan dengan anggaran sekitar 6,15 miliar rupee (Rp1,13 triliun), lebih murah dari biaya produksi film Hollywood bertema luar angkasa "Gravity" pada 2013.
Baca juga: China kembangkan roket pengangkut dan wahana antariksa ke bulan
Kesuksesan dalam misi itu akan membuat India menjadi negara keempat yang berhasil mendarat di bulan setelah Uni Soviet, Amerika Serikat, dan China.
"India akan menguasai teknologi baru jika pendaratan sukses, yang merupakan hal besar," kata K. Sivan, mantan kepala badan antariksa negara itu, setelah peluncuran Chandrayaan-3.
Para ilmuwan ISRO mengaku sudah belajar dari kegagalan misi bulan sebelumnya dan membuat perubahan pada Chandrayaan-3 yang membuat pendaratan berhasil, termasuk memungkinkan mendarat dengan aman di mana saja dalam zona pendaratan yang diperluas dalam kondisi buruk.
Misi itu juga telah dilengkapi dengan bahan bakar dan panel surya yang lebih banyak serta kaki pendaratan yang lebih kokoh.
Para eksekutif dalam industri antariksa India juga mengharapkan adanya stimulan.
Jumlah perusahaan rintisan luar angkasa di India bertambah lebih dari dua kali lipat sejak 2020, ketika India membuka peluncuran swasta.
"Tiga hari ke depan akan luar biasa 'hebat'! Menantikan pendaratan dengan penuh semangat!", cuit Pawan Chandana, salah satu pendiri Skyroot, yang meluncurkan roket buatan swasta pertama India tahun lalu, dalam X (Twitter).
Baca juga: Kepala program antariksa China uraikan pendaratan Bulan di masa depan
Sumber: Reuters
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023