Sangat logis jika ada hubungan antara perubahan iklim dan keanekaragaman hayati, karena pengelolaan hutan berkelanjutan perlu juga menjaga keanekaragaman hayati
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menemukan tiga spesies tumbuhan dan satwa liar baru untuk menjaga perubahan iklim dan memperkaya biodiversitas atau keanekaragaman hayati di Indonesia.
"Sangat logis jika ada hubungan antara perubahan iklim dan keanekaragaman hayati, karena pengelolaan hutan berkelanjutan perlu juga menjaga keanekaragaman hayati," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar di Jakarta, Senin.
Spesies tumbuhan liar endemik dari genus Hanguana, asal Gunung Nyiut, Kalimantan Barat (Kalbar), ditemukan pada tahun 2022 oleh peneliti di Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar bernama Agusti Randi dan dipublikasikan secara resmi pada Juli 2023 di jurnal internasional, dengan nama spesial yakni Hanguana Sitinurbayai yang terinspirasi dari nama Menteri LHK.
Baca juga: BRIN sebut flora Papua perlu diselamatkan melalui konservasi
Spesies berikutnya satwa liar jenis burung yang sebenarnya telah ditemukan sejak tahun 2018 di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan dinamai Myzomela Irianawidodoae, yang terinspirasi nama Ibu Negara Iriana Widodo yang merupakan pecinta burung dan diharapkan terus mendukung konservasi burung langka di Indonesia.
"Ini pertemuan pertama yang saya hadiri secara rileks dan nyaman, jadi banyak harapan ke depan. Ada optimisme dan menjadi sangat penting untuk konservasi flora dan fauna ini," kata Menteri Siti Nurbaya.
Baca juga: 114 satwa endemik Papua dilepas di Pegunungan Cycloop
Upaya konkret yang dilakukan untuk menjaga keanekaragaman hayati tersebut, lanjutnya, dengan menyusun dokumen Folu Net Sink 2030 yang selaras dengan target dan tujuan dunia internasional dalam kesepakatan kerangka biodiversitas global di Montreal, Kanada, dimana konservasi keanekaragaman hayati menjadi aksi mitigasi dalam mencegah perubahan iklim.
"Kalau mau berbicara Indonesia yang maju dan bersaing kan kita harus mengedepankan yang negara lain tidak punya dan di Indonesia ini kita punya empat flagship spesies yang ada di satu negara, sekaligus yakni badak, harimau, orang utan, dan gajah," ujar Menteri Siti Nurbaya.
Saat ini, menurutnya, sudah ada 6.000 desa di bawah kawasan konservasi yang telah dirangkul oleh KLHK sebagai mitra untuk turut menjaga keanekaragaman hayati.
Baca juga: EU: krisis keanekaragaman hayati tak terpisahkan dari perubahan iklim
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023