Singapura (ANTARA) - Harga minyak stabil di awal perdagangan Asia pada Senin, dengan Brent bertahan di atas 80 dolar AS per barel, karena investor mempertimbangkan pengetatan pasokan yang didorong oleh pemotongan OPEC+ dengan kekhawatiran yang mengganggu tentang pertumbuhan permintaan global di tengah suku bunga yang tinggi.
Minyak mentah berjangka Brent turun tipis 8 sen menjadi diperdagangkan di 84,72 dolar AS per barel pada pukul 00.33 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate AS diperdagangkan di 81,28 dolar AS per barel, naik 3 sen. Kontrak WTI September berakhir pada Selasa (22/8/2023) dan kontrak Oktober yang lebih aktif turun 3 sen menjadi 80,63 dolar AS.
Kedua harga acuan bulan depan menghentikan kenaikan beruntun 7 minggu minggu lalu untuk membukukan kerugian mingguan sekitar 2,0 persen setelah dolar AS menguat di tengah kemungkinan bahwa suku bunga bisa tetap lebih tinggi lebih lama, sementara krisis properti China yang memburuk menambah kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak yang lamban.
"Sentimen penghindaran risiko (risk-off) di seluruh pasar membebani sentimen, dipicu oleh kekhawatiran pengetatan moneter lebih lanjut di tengah pertumbuhan yang kuat dan inflasi yang mengakar," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Kelemahan ekonomi baru China telah menimbulkan pertanyaan apakah permintaan minyaknya dapat tetap tangguh, kata mereka.
Importir minyak mentah utama dunia itu menarik rekor persediaan yang terkumpul awal tahun ini ketika kilang-kilang mengurangi pembelian setelah pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, mendorong harga global di atas 80 dolar AS per barel.
Pada Juli, pengiriman Arab Saudi ke China turun 31 persen dari Juni, sementara Rusia dengan minyak mentah diskonnya, tetap menjadi pemasok terbesar ke raksasa Asia itu, data bea cukai China menunjukkan.
Sementara itu, penyulingan China menggenjot ekspor produk kilang pada Juli, didorong oleh marjin ekspor yang kuat.
Di AS, jumlah rig minyak yang beroperasi, indikator awal produksi masa depan, turun lima menjadi 520 rig minggu lalu, terendah sejak Maret 2022, menurut laporan Baker Hughes pada Jumat (18/8/2023).
Baca juga: Khawatir China, minyak bersiap hentikan kenaikan beruntun 7 minggu
Baca juga: Minyak naik dipicu sinyal perlambatan produksi AS, catat rugi mingguan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023