London (ANTARA News) - Harga minyak Brent merosot Jumat ke tingkat rendah baru dalam delapan bulan, didorong oleh menguatnya dolar dan meredupnya prospek pasar minyak mentah menyusul prediksi permintaan yang cenderung menurun, kata para analis.
Dalam transaksi Jumat pagi, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei merosot ke posisi 102,77 dolar per barel, yang merupakan level terendah sejak Juli 2012. Kemudian kembali ke level 103,05 dolar atau turun 1,22 dolar dibanding Kamis.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) minyak mentah light sweet untuk penyerahan Mei, turun 1,05 dolar berada pada posisi 94,46 dolar per barel.
Menurut analis VTB Capital Andrey Kryuchenkov kepada AFP, semakin kuat greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan.
Pasar minyak juga terpukul minggu ini oleh perkiraan permintaan yang melemah untuk 2013 dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), juga Badan Energi Internasional (IEA)dan Energy Information Administration pemerintah AS.
"Semua peramal utama melukiskan gambaran serupa mengenai pasokan berlimpah dan permintaan menurun," kata Kryuchenkov.
Minyak mentah berjangka turun Kamis setelah IEA yang berbasis di Paris memproyeksikan bahwa permintaan minyak dunia akan tumbuh sebesar 795.000 barel per hari menjadi 90,6 juta barel per hari pada 2013.
Angka ini sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, karena menurunnya permintaan Eropa meski sebagian diimbangi oleh pertumbuhan di tempat lain, kata IEA.
"Mungkin unsur yang paling penting dari tiga laporan adalah permintaan yang pesimis, menyiratkan keraguan tentang pertumbuhan PDB (ekonomi) global tahun ini," kata Analis minyak PVM, David Hufton.
"Perkiraan OPEC bahwa permintaan global akan tumbuh sebesar 800.000 barel per hari (bph) tahun ini dan IEA memprediksi hal yang sama."
Harga minyak telah turun tajam minggu lalu karena data ekonomi yang buruk dan persediaan melimpah memicu kekhawatiran tentang kekuatan permintaan AS, konsumen minyak mentah utama dunia.
(S004)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013