Jadi, TNI AL ini perlu diapresiasi karena dibandingkan dengan personel TNI (keseluruhan, red.), TNI AL ini yang paling besar, 4 persen
Jakarta (ANTARA) - Deputi V Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Jaleswari Pramodhawardani mendukung upaya-upaya yang dapat membuat partisipasi dan peran perempuan di TNI menjadi lebih optimal karena dia meyakini prajurit wanita punya kemampuan yang setara dengan laki-laki.
Dalam acara bincang-bincang sejarah tentang kepahlawanan Laksamana Malahayati yang digelar oleh TNI AL, Jaleswari menyampaikan partisipasi perempuan dalam TNI masih belum optimal karena persentase jumlahnya masih jauh dari jumlah prajurit laki-laki.
"Kita harus mengakui keterlibatan dan peran perempuan dalam institusi TNI masih belum optimal, dan berdasarkan hasil rekapitulasi prajurit TNI Tahun 2022 tercatat Indonesia memiliki 444.133 prajurit. Namun, hanya ada 8.850 personel perempuan di mana sekitar 3.000 dari jumlah itu tergabung dalam Korps Wanita TNI Angkatan Laut (Kowal)," tutur Jaleswari dalam sesi bincang-bincang yang berlangsung dalam KRI Banda Aceh-593, Dermaga Kolinlamil TNI AL, Jakarta, Jumat.
Dari jumlah itu, dia menyebut persentase jumlah prajurit perempuan (Wan) TNI masih 2 persen, sementara untuk TNI AL, persentase prajurit perempuannya 4 persen.
"Jadi, TNI AL ini perlu diapresiasi karena dibandingkan dengan personel TNI (keseluruhan, red.), TNI AL ini yang paling besar, 4 persen," ucap Deputi V KSP yang mengurus di antaranya isu-isu pertahanan dan keamanan, hukum, dan politik.
Dia melanjutkan jumlah prajurit perempuan di TNI masih relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara seperti India, yang persentase prajurit perempuannya 3 persen, Inggris 10 persen, dan Afrika Selatan 27 persen.
Baca juga: Yudo Margono: Prajurit wanita TNI turut dilibatkan dalam operasi
Baca juga: TNI AL angkat sosok Malahayati sebagai inspirasi perkuat maritim RI
Oleh karena itu, dia mendukung upaya-upaya untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam TNI, karena keikutsertaan perempuan dalam militer bukan sesuatu yang baru. Berbagai bukti sejarah, termasuk sosok Laksamana Malahayati dari Kesultanan Aceh, menunjukkan perempuan mampu menjalankan tugas-tugas komando seperti, misalnya, memimpin operasi perang.
"Laksamana Malahayati membuktikan perempuan dapat menjadi pemimpin yang kuat dan efektif bahkan dalam bidang militer yang secara tradisional didominasi oleh kawan laki-laki. (Laksamana Malahayati menjadi) pemimpin yang efektif dan berhasil bahkan jadi contoh generasi perempuan yang akan datang," ujar Jaleswari.
Laksamana Malahayati (lahir 1 Januari 1550, wafat 30 Juni 1615) merupakan panglima perang pada masa Kesultanan Aceh yang memimpin Laskar Inong Balee, yaitu pasukan yang seluruhnya terdiri atas perempuan, termasuk mereka yang ditinggal mati oleh suaminya karena perang.
Dalam berbagai catatan sejarah, Laksamana Malahayati terkenal karena kemampuannya menghalau armada kapal Portugis dan Belanda. Dia juga terkenal ulung dalam berdiplomasi sehingga Kesultanan Aceh dapat bekerja sama dengan Inggris dan Turki untuk menjaga Selat Malaka dari ancaman Portugis.
Jaleswari menilai kisah kepahlawanan Laksamana Malahayati perlu diletakkan dalam konteks yang lebih luas terutama dalam membuka ruang yang lebih luas untuk perempuan dalam institusi TNI.
"Saya rasa perlu diapresiasi kawan-kawan TNI AL menginisiasi diskusi luar biasa. Ini bukan bicara soal inspirasi kepahlawanan 'Keumalahayati', tetapi ini harus diletakkan dalam konteks yang luas bahwa ini akan diperlakukan bagaimana perempuan di TNI AL akan diberikan ruang yang seluas-luasnya karena tentara Angkatan Laut tahu bahwa perempuan memiliki kemampuan yang setara dengan rekan laki-lakinya," kata Deputi V KSP.
Dalam acara yang sama, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Muhammad Ali menyebut TNI AL telah cukup lama menjadikan sosok Laksamana Malahayati atau Keumalahayati sebagai inspirasi, salah satunya saat Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) dibentuk pada 1963.
"Dan sejak 2013, Akademi Angkatan Laut menempa taruni dengan tujuan kelak pada kemudian hari lahir Laksamana-Laksamana Malahayati yang baru, lahir Laksamana Malahayati yang sama kinerja-nya dengan Laksamana Malahayati pada masa Kesultanan Aceh," tutur Laksamana Ali.
Walaupun demikian, sampai saat ini, jumlah prajurit perempuan yang menyandang status perwira tinggi TNI relatif lebih rendah daripada prajurit laki-laki. Misalnya untuk TNI AL, sampai saat ini belum ada prajurit perempuan yang menyandang titel Laksamana Madya (bintang tiga), dan belum ada prajurit perempuan yang menjadi komandan kapal perang (KRI).
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023