Lahore, Pakistan (ANTARA) - Pasukan paramiliter menutup pemukiman umat Kristen di Pakistan timur di mana gerombolan Muslim merusak dan membakar sejumlah gereja dan puluhan rumah setelah menuduh dua warga daerah itu menodai Al Quran, kata polisi dan saksi mata pada Kamis (17/8).
Serangan itu terjadi di Jaranwala di kawasan industri Faisalabad pada Rabu (16/8) dan berlangsung selama lebih dari 10 jam tanpa ada intervensi polisi yang berada di lokasi, kata penduduk dan pemimpin komunitas.
Polisi menyangkal tuduhan itu dan menyatakan pasukan keamanan sudah mencegah pecahnya situasi yang lebih buruk.
Para perusuh itu menuntut agar kedua tertuduh yang telah kabur dari rumahnya, agar diserahkan kepada mereka.
Penduduk setempat mengatakan bahwa ribuan Muslim yang dipimpin ulama-ulama setempat membawa batang besi, tongkat, pisau dan belati saat kerusuhan terjadi.
Baca juga: Presiden Pakistan setujui penunjukan Kakar sebagai PM sementara
Pemerintah provinsi menyatakan pasukan paramiliter diturunkan untuk membantu polisi mengendalikan situasi.
Pasukan itu menutup koloni Kristen, memblokade seluruh pintu masuk dan pintu keluar dengan kawat berduri.
Lebih dari 100 orang tersangka yang diduga terlibat dalam kerusuhan itu telah ditangkap, kata pemerintah setempat, seraya menyatakan sudah meminta digelarnya penyelidikan atas kasus ini.
Pelalu penistaan agama terancam hukuman mati di Pakistan dan meski belum pernah ada yang dieksekusi akibat itu, banyak orang yang dituduh penista agama, digantung oleh massa yang marah.
Seorang mantan gubernur dan menteri kaum minoritas ditembak mati akibat tuduhan penistaan.
Amerika Serikat mengaku "sangat mengkhawatirkan gereja-gereja dan rumah-rumah penduduk menjadi sasaran," kata Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel pada Rabu.
Baca juga: PM Pakistan bertemu oposisi bahas nama calon perdana menteri sementara
Sumber: Reuters
Penerjemah: Arie Novarina
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023