Karachi (ANTARA News) - Seorang pedagang bahan pangan yang mencalonkan diri dalam pemilihan umum bulan depan ditembak mati Kamis oleh penyerang yang naik sepeda-motor di kota Hyderabad, Pakistan selatan -- calon pertama yang tewas selama kampanye pemilihan umum dalam serangan yang diklaim oleh Taliban.

Fakhrul Islam (46) adalah calon untuk partai sekuler Gerakan Muttahida Qaumi (MQM), mitra koalisi dalam pemerintah yang sebelumnya diancam oleh kelompok Taliban Pakistan, lapor AFP.

Ia dibunuh oleh orang-orang bersenjata yang naik sepeda-motor ketika ia meninggalkan toko miliknya dan ayahnya, kata polisi.

Perdana Menteri sementara Pakistan Mir Hazar Khan Khoso memerintahkan penjagaan keamanan yang diperketat terhadap semua calon.

"Ia terkena empat peluru di kepala dan perut dan tewas di lokasi kejadian," kata polisi Akhtar Hussain kepada AFP.

Ayah Islam tidak cedera, namun polisi mengatakan bahwa ia "terguncang hebat".

Juru bicara Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) Ehsanullah Ehsan mengatakan kepada AFP dari lokasi yang tidak disebutkan, "Kami melancarkan serangan ini dan menembak mati Islam."

Ia menyatakan, "pembunuhan itu merupakan bagian dari perang dengan partai-partai sekuler yang mencakup MQM, Partai Rakyat Pakistan dan Partai Nasional Awami, yang melakukan genosida terhadap suku kami dan muslim sambil tetap berkuasa selama lima tahun".

Taliban Pakistan secara langsung mengancam mitra-mitra koalisi sekuler utama dalam pemerintah yang mengakhiri tugas.

Pembunuhan Islam, yang mencalonkan diri untuk dewan provinsi Sindh, meningkatkan kekhawatiran bahwa kekerasan akan merusak pemilihan umum nasional dan regional pada 11 Mei.

Pemilu itu akan menandai peralihan demokratis pertama di negara berkekuatan nuklir itu, yang selama beberapa periode berada di bawah kekuasaan militer.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.

Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013