Yogyakarta (ANTARA News) - Tim Medis Malaysia atau "Masmed Team" yang dipimpin Kolonel dr Jegatheesan Al Singaravelu berpamitan dengan Wakil Gubernur Sri Paduka Paku Alam IX di Gedhong Pare Anom, Kepatihan Yogyakarta, Selasa, setelah kurang lebih satu bulan menjadi relawan medis bagi korban gempa bumi di DIY. Seusai pamitan, Kolonel dr Jegatheesan Al Singaravelu yang juga seorang dokter ahli anestesi mengatakan Tim Medis Malaysia yang meninggalkan Yogyakarta itu berjumlah 71 orang, terdiri atas dokter bedah umum, dokter bedah tulang, dan tenaga medis lain. "Mereka melakukan berbagai tindakan pertolongan kepada korban gempa bumi yang terjadi pada 27 Mei lalu," kata dia. Ia mengatakan, pengiriman Tim Medis Malaysia ke DIY dilakukan setelah Pemerintah Malaysia mengetahui bencana gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter yang telah memporak-porandakan daerah ini khususnya wilayah Kabupaten Bantul. "Apalagi diketahui bahwa Bantul yang dihuni kurang lebih 800.000 orang merupakan daerah paling parah terkena bencana ini, dan diperkirakan 4.000-an orang meninggal serta belasan ribu rumah hancur, sehingga 200.000-an orang tidak memiliki tempat tinggal," katanya. Melihat kondisi itu, kata dia, Pemerintah Malaysia langsung memutuskan mengirim Tim SAR dan "Masmed Team" untuk segera memberikan pertolongan. "Kami tiba di Yogyakarta pada 30 Mei dan langsung mendirikan rumah sakit di Lapangan Jodog, Pandak, Bantul," ujarnya. Rumah sakit ini, menurut dia, mulai beroperasi pada 1 Juni dan dibuka 24 jam untuk memberikan perawatan dan operasi terhadap korban gempa. Sejak 1 Juni hingga 21 Juni, Tim Medis Malaysia sudah merawat kurang lebih 3.442 pasien dan melakukan tindakan operasi sebanyak 30 kasus. Tim Medis Malaysia kembali ke negaranya dalam dua tahap, tahap pertama sudah lebih dulu pulang pada 25 Juni, sedangan tahap kedua direncanakan 29 Juni. Wakil Gubernur DIY Paku Alam IX menyampaikan rasa terima kasih Pemerintah provinsi dan masyarakat di daerah ini atas bantuan yang diberikan Tim Medis Malaysia kepada korban gempa bumi.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006