"Kami sangat siap untuk menghadapi keadaan darurat."
Jakarta (ANTARA News) - Korea Utara (Korut) makin membahayakan keamanan dan stabilitas kawasan, sehingga sejumlah pihak pun bersiap siaga meghadapinya.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Chuck Hagel, menegaskan, "Aksi dan pernyataan mereka tidak menolong sama sekali atas perkembangan keadaan di sana. AS dan Sekutu sebetulnya ingin retorika Korut melunak, namun hal itu tidak terjadi."
"Kami sangat siap untuk menghadapi keadaan darurat. Kami akan melakukan apapun untuk menangkal tiap aksi Korut, untuk melindungi negara kami dan tiap kepentingan kami dan sekutu kami," imbuhnya, kepada jurnalis di Pentagon, AS, Kamis.
Bagian dari kesiapan AS itu adalah jaringan radar dan satelit yang terus dilatihsiagakan menghadapi serangan peluru kendali balistik bergerak yang bisa diluncurkan Pyongyang setiap saat.
Jepang, sebagaimana dinyatakan CNN, menyiagakan jaringan sistem pertahanan peluru kendali penangkal di sekitar Tokyo.
Pula, rombongan turis China --sekutu utama Pyongyang-- membatalkan kunjungannya ke Korut, dan panglima Armada Ketujuh AS di Pasifik menyatakan ini saat paling menegangkan sejak Perang Korea berakhir pada dasawarsa 1950-an.
Sejak Desember lalu, Korut menempatkan satelit di orbitnya untuk menuntun roket yang diklaim berkepala nuklir untuk peluncuran jarak jauh, setelah menguji bom nuklir, sebagai serangan pendahuluan ke daratan AS.
Walau kemampuan itu masih diragukan, AS dan sekutunya tidak mau memandang sebelah mata.
Guna menambah efek penggentarnya, Korut konsisten membungkus rapat-rapat kemampuan peluru kendali mereka yang sebenarnya, selain juga teknologi nuklir yang sebenarnya mereka kuasai.
Sumber intelijen AS menilai, Korut mungkin merencanakan peluncuran ganda peluru kendali lintas benua, beberapa saat setelah dua peluru kendali bergerak Musudan ditempatkan di pesisir timur negara komunis itu.
Akan tetapi, sumber intelijen itu tidak memiliki data mengenai jumlah pasti arsenal peluru kendali dan peluncur Korut.
Musudan merupakan senjata pamungkas yang belum diuji, yang dinyatakan Korea Selatan (Korsel) mampu meluncur sekitar 3.500 kilometer. Berarti, Musudan mampu mencapai daratan Guam, pangkalan Armada Ketujuh AS di sisi barat Samudera Pasifik.
Di Guam, terdapat pangkalan udara dan laut utama AS. Di Guam pula sistem pertahanan anti-peluru kendali AS, THAAD (Terminal High Altitude Area Defense Systems) yang mampu merontokkan peluru kendali lintas benua, digelar.
Sistem tersebut dikembangkan secara bersama antara Lockheed Martin Space System sebagai kontraktor utama, didukung Raytheon, Boeing, Aerojet, Rocketdyne, Honeywell dan BAE Systems. Pengembangannya menelan biaya 800 juta dolar AS.
THAAD di Guam lebih canggih dan mumpuni ketimbang sistem MIM-104 Patriot, yang cenderung digunakan untuk pertahanan aktif titik di daratan.
Walau sistem kerja keduanya mirip, namun THAAD lebih menyandarkan kalkulasi dan prediksi data dari satelit yang memperkirakan trajektori, momentum, dan hal-hal teknis lain peluru kendali musuh.
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013