BKKBN selalu berkolaborasi lintas sektor untuk mengkampanyekan kepada masyarakat agar tidak kawin pada usia anak

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan bahwa umur ideal menikah bagi laki-laki adalah 25 tahun, sedangkan perempuan 21 tahun.

“Nikah ideal adalah perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun, ini kampanyenya BKKBN supaya keluarga itu dewasa,” kata Hasto saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Ia memaparkan, BKKBN memiliki aplikasi elektronik siap nikah dan siap hamil (elsimil) yang bisa menjadi solusi untuk mempersiapkan calon pengantin (catin) agar paham tentang kesehatan reproduksi untuk menurunkan angka perceraian di Indonesia.

“Kita sadar perceraian meningkat, untuk itu kita mulai dari agak hulu sedikit, yakni dengan program sebelum menikah, dimana BKKBN meluncurkan aplikasi elektronik siap nikah dan siap hamil (elsimil), tiga bulan sebelum nikah harus diberikan bimbingan yang komprehensif, termasuk ada bimbingan perencanaan kesehatan reproduksinya,” ujar dia.

Ia juga menyatakan bahwa BKKBN selalu berkolaborasi lintas sektor untuk mengkampanyekan kepada masyarakat agar tidak kawin pada usia anak.

Baca juga: Kepala BKKBN: Rawat lansia agar produktif hadapi bonus demografi

“Perkawinan usia anak itu akan menyebabkan pasangan tidak siap, yang ujungnya akan menyebabkan perceraian. Sekarang salah satu penyebab perceraian terbesar adalah karena konflik kecil yang berkepanjangan, mayoritas itu. Ini menunjukkan bahwa suami tidak bisa memaklumi kekurangan istri, begitu pula sebaliknya, sehingga konfliknya berkepanjangan, akhirnya terjadilah perceraian,” tuturnya.

Untuk itu, ia menegaskan pentingnya calon pengantin (catin) untuk mengikuti program-program khusus pranikah yang diselenggarakan BKKBN, dan telah bekerja sama dengan kantor urusan agama (KUA) di tiap-tiap daerah.

“Kita antisipasi melalui program kursus pranikah, catin, dan pendewasaan usia pernikahan, harapannya dengan begitu keluarganya menjadi keluarga yang kuat, punya ketahanan yang baik,” katanya.

Selain aplikasi elsimil, ia juga menjelaskan bahwa BKKBN memiliki program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelas orang tua hebat yang memberikan edukasi kepada para catin tentang gizi anak agar tidak lahir stunting (gagal tumbuh).

Baca juga: Kepala BKKBN: "Bangunlah jiwanya" untuk sambut Indonesia Emas 2045

“Kita diuntungkan dengan adanya era digitalisasi, dan kita bisa melakukannya secara virtual, sehingga kelas orang tua hebat bisa dilakukan masif dan massal, yang bertujuan memberikan edukasi kepada mereka tentang gizi agar anak tidak lahir stunting,” ucapnya.

Presiden Joko Widodo saat berpidato di Sidang Tahunan MPR 2023 juga mengapresiasi penurunan stunting di Indonesia.

“Kita telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6 persen di 2022,” kata Presiden Joko saat berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI tahun 2023 di Jakarta, Selasa.

Hasto juga optimis bahwa target stunting 14 persen bisa dicapai dengan segala upaya kolaborasi yang selama ini telah dilakukan.

“Penurunan stunting di tahun terakhir ini cukup signifikan karena 2,8 turunnya, dari 24,8 persen menjadi 21,6 persen. Kita optimis bahwa akhir tahun ini menyentuh angka 18 persen, sehingga akhir tahun 2024 bisa menyentuh angka 14 persen,” tutur Hasto.

Baca juga: Anggota DPR harap BKKBN maksimalkan peran penanganan stunting

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023