Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai bahwa target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen yang dicanangkan Presiden Joko Widodo masih cukup realistis untuk dicapai.
“Secara umum, asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2024 yang ditargetkan 5,2 persen cenderung cukup optimis, namun realistis untuk bisa tercapai,” kata Josua saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Namun ia menilai, pemerintah juga perlu mendorong terjaganya pertumbuhan konsumsi masyarakat yang masih mempunyai kontribusi pada perekonomian. Hal itu tercermin dari konsumsi rumah tangga yang masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 dengan nilai kontribusi 2,77 persen.
Selain itu, Josua mengatakan bahwa pemerintah masih perlu mewaspadai kondisi pertumbuhan ekonomi global yang melambat berpotensi membatasi kinerja investasi pada tahun 2024.
Tantangan lain yang perlu diperhatikan yakni adanya potensi peningkatan inflasi pangan di tengah fenomena alam El Nino yang diperkirakan puncaknya terjadi di bulan Agustus atau Septemeber 2023.
Oleh karena itu, ia mengimbau bahwa pemerintah perlu memitigasi risiko peningkatan inflasi pangan sedemikian sehingga ekspektasi inflasi dapat terjangkau.
“Jika pemerintah dapat memitigasi risiko tersebut, maka inflasi tahun 2024 diperkirakan akan terkendali dalam kisaran 3,0 - 3,5 persen,” ujarnya.
Adapun Presiden RI Joko Widodo dalam pidato tahunan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen pada tahun 2024. Dari segi inflasi, Presiden akan tetap mengoptimalkan peran APBN untuk memitigasi tekanan inflasi, baik akibat perubahan iklim maupun gejolak eksternal. Inflasi diprediksi akan tetap terjaga pada kisaran 2,8 persen.
Lebih lanjut, Josua berpendapat bahwa asumsi nilai tukar rupiah di level Rp15.000 juga diperkirakan cukup rasional mempertimbangkan iklim investasi yang baik serta kondisi eksternal dari bank sentral global yang berpotensi mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga bank sentral di tahun 2024 mendatang.
Tantangan utama pemerintah dalam memenuhi target adalah penerimaan perpajakan, yang ditargetkan tumbuh sekitar 9 persen dari outlook Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.
“Pada tahun 2024 mendatang, seiring dengan penurunan potensi pajak dari sisi komoditas, tentunya realisasi perpajakan berpotensi mengalami perlambatan. Kondisi tersebut masih bisa di offset dengan upaya mendorong sumber pertumbuhan ekonomi yang lain, sehingga penerimaan dari pajak penghasilan cenderung meningkat,” ujarnya.
Baca juga: KSP optimistis target pertumbuhan ekonomi 2024 realistis
Baca juga: Jokowi: Pendapatan negara pada RAPBN 2024 sebesar Rp2.781,3 triliun
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023