Denpasar (ANTARA) - Perupa yang juga Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr Wayan "Kun" Adnyana menggelar pameran tunggal yang ke-17 dengan menampilkan seni lukis potret di Dolina Charlotty Resort, Slupsk, Polandia yang bertajuk Charma Dharma.
Kun Adnyana di Denpasar, Rabu, mengatakan pameran tunggal yang secara khusus mengekplorasikan seni lukis potret ini berawal dari undangan Konsul Kehormatan Indonesia untuk Pomerania, Polandia, Miroslaw Wawrowski setahun yang lalu.
Saat itu, dirinya diundang untuk menggelar pameran tunggal. Sekaligus untuk merespon dan merayakan konser musik internasional The Hollywood Vampire yang digelar di Amphitheater Dolina Charlotty Resort pada 22 Juli 2023.
"Pameran seni lukis ini secara khusus mengeksplorasi potret personel grup musik asal negeri Paman Sam, yaitu Alice Cooper, Johnny Depp, Joe Perry, dan Tommy Henriksen," ucap mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu.
Miroslaw saat itu mengirimkan foto-foto personel The Hollywood Vampire tersebut kepada Kun Adnyana untuk dilukis dengan gaya artistik dan teknik khas seni lukis berbasis drawing yang dipunyainya.
Kun Adnyana menambahkan, eksplorasi secara khusus dan fokus tentang potret ini, merupakan kehormatan sekaligus tantangan berkarya lebih keras.
Konser The Hollywood Vampire, serangkaian The Legend of Rock Festival ke-14 ini, menjadi momentum mengenalkan karya seni lukisnya kepada publik seni Eropa Timur, khususnya Polandia.
Pameran tunggal yang secara khusus menampilkan seni lukis potret ini telah dibuka Wali Kota Slups Krystyna Danilecka-Wojewodzka, pada 17 Juli 2023, dan akan berlangsung hingga 17 Agustus 2023.
Baca juga: ISI Denpasar pamerkan hasil karya terbaik mahasiswa kepada publik
Baca juga: Menteri Kelautan dan Perikanan apresiasi lukisan Prof Kun Adnyana
"Saya menghayati pesona potret personel The Hollywood Vampire dengan eksperimen artistik personal, yang berbeda dari kecenderungan karya-karya potret yang saya lakukan sejak tahun 2010, yang menggabungkan antara potret dengan berbagai metafora visual," katanya.
Pada seri Charma Dharma ini, potret berdiri independen sebagai karisma tatapan mata, ekspresi bibir, dan karakter raut muka.
"Seluruh pesona potret merupakan kekuatan yang terpancar dari wajah. Karisma dan pesona yang merefleksikan sosok bereputasi dan mendunia," kata guru besar sejarah seni rupa itu.
Ia menyampaikan karya berjudul "The Power of Artist" ukuran 160X140 cm misalnya, melukiskan potret Alice Cooper, dengan gaya representasi khas yakni berbasis goresan garis.
Seni lukis bermedium tinta china dan akrilik itu, menegaskan kelenturan teknik gambar garis Kun Adnyana, yang secara utuh dapat melukiskan wajah musisi rok kelahiran Amerika Serikat itu dengan pendekatan presisi realistik.
Begitu juga wajah musisi The Hollywood Vampire yang lain, seperti lukisan berjudul "World Star" ukuran 200X160 cm, melukis wajah gitaris Tommy Henriksen secara detail dan fokus pada ekspresi muka musisi tersebut.
Hanya wajah yang diungkap memenuhi bidang kanvas. Seluruh seri lukisan wajah yang dipamerkan mengungkap realistik penuh presisi wajah asli musisi tersebut saat manggung konser.
Musisi Alice Cooper dan Tommy Henriksen bahkan berkesempatan berpose di depan lukisan-lukisan Kun, menjelang mereka konser di amphitheater Dolina Charlotty.
Selain memamerkan potret personel The Hollywood Vampire, dalam pameran Charma Dharma ini juga dipamerkan potret Presiden Indonesia Ir Soekarno, Megawati Soekarnoputri, dan Joko Widodo, serta tokoh Solidaritas Polandia Lech Walesa.
Kurator pameran Prof Dr Malgorzata Andrzejewska sebelum menjelaskan bahwa karya Kun Adnyana secara hiper-realistik dengan warna monokromatik, merekam emosional wajah tokoh dalam karakter gambar garis (drawing) yang khas.
Guru besar seni rupa Bydgoszcz University, Polandia itu menuliskan dalam katalog pameran, wajah yang dilukis mengeskpresikan suasana emotif, sekaligus memancarkan karisma seorang legenda.
Teknik seni lukis berbasis drawing yang ditemukan Kun Adnyana sejak 2006 lalu, memang tetap menjadi fondasi penjelajahan potret sosok-sosok berkarisma tersebut.
Potret berkarakter yang mewartakan sejarah biografis yang panjang dan mempengaruhi publik luas. Seni lukis potret seri Charma Dharma ini, merupakan persembahan karakter sekaligus reputasi yang telah menginspirasi zaman.
Baca juga: Presiden harapkan ISI terus lahirkan karya kreatif
Baca juga: Dibia persembahkan sendratari rekonstruksi Jayaprana
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023