Jakarta, 11/4 (ANTARA) - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyampaikan kembali komitmen Indonesia untuk melakukan moratorium konversi hutan alam primer dan gambut pada sidang UNFF (United Nations Forum on Forest) ke-10 di Istambul Turki pada pertemuan tingkat menteri pada 8 - 9 April 2013. Pada pertemuan yang dibuka oleh Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang dihadiri oleh 250 menteri dari 197 delegasi.

Pada kesempatan tersebut Menteri Kehutanan menyampaikan bahwa moratorium izin baru pada hutan alam primer dan gambut serta Pengelolaan Hutana Lestari (PHL) dapat beriringan dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,3% sebagaimana pengalaman Indonesia periode 2009 - 2013. Selain moratorium konversi hutan alam primer dan lahan gambut, konservasi dan perlindungan hutan seperti penegakan hukum, pemberian akses pemanfaatan hutan bagi masyarakat sekitar hutan melalui HTR, HKm, Hutan Desa, dan akses pembiayaan melalui pinjaman dana bergulir pembangunan hutan rakyat kemitraan, rehabilitasi hutan dan lahan melalui penanaman 1 milyar pohon, pembentukan KPH, HPH Restorasi Ekosistem telah menurunkan laju deforestasi dari rata-rata 3,5 juta ha pada periode 1999-2002 menjadi 450 ha pada tahun 2010-2011.

Pada pertemuan ke-10 UNFF ini, isu pembiayaan global kehutanan menjadi isu penting terutama terkait komitmen negara maju yang terhambat krisis ekonomi di Uni Eropa dan Amerika Serikat. UNFF dibentuk dibawah ECOSOC pada tahun 2000 sebagai tindak lanjut persetujuan Non Legally Binding Instrument untuk semua hutan pada tahun 2007. UNFF ditetapkan UN ECOSOC dimana pada Sidang Umum PBB tahun 2007 meminta agar negara - negara anggota memberikan komitmen politik dan aksi atas Pengelolaan Hutan Lestari (PHL), peningkatan kontribusi kehutanan dalam pencapaian komitmen internasional antara lain MDG's dan perubahan iklim serta pemanasan global.

Pada kesempatan tersebut Menhut juga bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS dab membahas isu - isu strategis kerjasama Indonesia - Amerika Serikat. Sedangkan pada Selasa 9 April 2013, Menhut bertemu dengan Direktur WRI Nigel Sizer pada launching Global Forest Watch, dimana masyarakat dunia dapat ikut memonitor laju deforestasi, konservasi dan reboisasi hutan - hutan di seluruh dunia. Indonesia, Brasil dan Gabon telah investasi dalam MRV deforestasi termasuk "Indonesia Satu Peta" dengan Global Forest Watch akan terjadi penghematan pembelanjaan teknologi MRV hutan, sekaligus juga 'share' informasi antara produsen, seperti Sinar Mas dengan Nestle soal deforestasi, juga pasar model "Bloomberg for Forest" menggunakan data tersedia dan murah (google, space agency) dan di'share' di dunia maya seperti di Tweeter, Facebook, dll. GFW bekerjasama dengan Universitas Marryland, UNEP, UNFF, Norway Government, dll.

Dengan demikian setelah launching diharapkan ada feedback dari masyarakat lokal, nasional, dan global tenang land use change, deforestasi, TPTI, Silin, konservasi, perlindungan hutan di perbatasan seperti di Kalimantan akan memudahkan kedua negara Indonesia dan Malaysia untuk mencegah illegal logging.

Acara ini juga dihadiri under second UN ECOSOC, Wu Hongbo, Wakil Menteri Luar Negeri AS Ms. Kerri-Ann Jones, Direktur Eksekutif GEF Naoko ishhi dan expert GIS Tim Christophersen.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Ir.Sumarto MM, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Kementerian Kehutanan.


Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013