Jakarta, (ANTARA News) - Nelayan di Kelurahan Lagoa, Koja dan Kelurahan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, mengharapkan agar Gubernur DKI mendatang lebih tegas menindak pelaku pencemaran Teluk Jakarta.
"Sejak beberapa pabrik membuang limbahnya ke laut, hasil tangkapan nelayan di sini mulai menurun," kata Yanto, nelayan kelurahan Lagoa, Koja, di Jakarta, Selasa (27/6).
Menurut dia, limbah yang dibuang ke laut itu berasal dari limbah `polymer` dari buangan pabrik plastik di sekitar Tanjung Priok. Ada juga limbah pabrik konveksi kiriman dari daerah sekitar KBN (Kawasan Berikat Nasional) Marunda.
"Limbah-limbah dari Marunda itu terbawa arus sampai ke sini (perairan Lagoa), akibatnya laut tercemar dan hasil tangkapan ikan jadi berkurang," katanya.
Menurut dia, sebelum tahun 2000, nelayan di kampung Lagoa masih bisa menikmati hasil laut berupa ikan dan rajungan dalam jumlah besar tetapi setelah tahun 2000, ikan dan rajungan itu mulai menipis jumlahnya.
"Setiap kali melaut hasil ikan kita (nelayan Lagoa) tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan untuk membeli solar. Selalu minus dan nombok," katanya.
Akibat `besar pasak daripada tiang`, para nelayan mulai beralih menjadi nelayan `tambangan`. Mereka lebih memilih menjadikan perahunya sebagai angkutan trasportasi laut daripada mencari ikan.
"Nelayan-nelayan mulai merombak mesin perahunya, yang semula mesin ada di tengah dipindah kebelakang agar ruang perahu lebih luas dan bisa dijadikan tempat duduk penumpang," katanya.
Ia mengatakan, pendapatan yang diperoleh melalui jasa angkutan laut itu lebih menjanjikan daripada pendapatan yang diterima dari melaut. Mereka biasanya mengantar para penumpang yang ingin memancing di tengah laut atau di Kepulauan Seribu.
"Untuk sekali perjalanan, dari jam enam pagi sampai jam satu siang saya pasang tarif Rp300 ribu untuk tujuan Pulau Damar dan Bidadari. Sedangkan untuk tujuan Pulau Untung Jawa tarifnya Rp400 ribu, karena jaraknya yang jauh," kata pria yang mengaku sudah 15 tahun melaut.
Hal senada disampaikan nelayan di Kelurahan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, yang mengharapkan adanya tindakan hukum yang tegas untuk menindak para pelaku pencemaran itu.
"Kita (nelayan Kalibaru) bersama beberapa nelayan Kelurahan Cilincing dan Marunda pernah melakukan protes masalah pencemaran ini ke Walikota Jakarta Utara tapi tidak ada kelanjutannya," kata Udin, nelayan Kalibaru.
Menurut dia, beberapa hari lalu nelayan Kalibaru yang tergabung dalam serikat nelayan Cilincing melakukan demo menutut PT Bogasari yang diduga melakukan pencemaran laut. Tapi aksi itu tampaknya akan sia-sia karena tidak ada pengusutan yang lebih lanjut dari pihak yang berwenang.
"Lama-lama kalau pabrik-pabrik itu dibiarkan seenaknya membuang limbah ke laut, nelayan di sini mau makan apa," kata Udin.(*)
Copyright © ANTARA 2006