Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa spektrum yang luas dari para penyandang disabilitas (difabel) menjadi tantangan dalam memberikan kesetaraan akses produk dan jasa keuangan di Indonesia kepada mereka.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari dalam doorstop pasca kegiatan Edukasi Keuangan Bagi Penyandang Disabilitas di Aula Serbaguna Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyampaikan sudah punya ATM (Anjungan Tunai Mandiri) untuk disabilitas, tapi kan belum semua, dan memang challenge-nya di Indonesia itu kan spektrum untuk disabilitas itu besar sekali.
"Misalnya tunanetra, itu kan kemudian approach-nya berbeda sama tunawicara, dan lain-lain. Jadi memang spektrumnya sangat luas, (sehingga) dibutuhkan memang concern dan kemauan daripada PUJK (pelaku usaha jasa keuangan) untuk kemudian memberikan layanan kepada saudara-saudara kita yang punya disabilitas,” ungkap dia.
Contoh lain yang diberikan adalah kesulitan para penyandang disabilitas dalam memperoleh asuransi mengingat mereka dipandang memiliki penyakit.
Selain itu juga penyandang disabilitas dengan kategori tertentu kesulitan memperoleh rekening bank karena tidak bisa tanda tangan, menimbang tidak semua layanan perbankan dapat menganggap tanda tangan mereka yang diwakilkan oleh orang lain itu sah.
“Concern-concern kayak begitu yang rasanya kita perlu menjadi satu kesadaran bersama untuk kemudian memberikan akses kepada saudara-saudara kita, bahkan kesetaraan terhadap akses produk dan jasa keuangan di Indonesia,” ucap Friderica.
Lebih lanjut, dia mengingatkan agar para penyandang disabilitas dapat diberikan pembinaan atau pendampingan untuk mengelola keuangan dengan baik, misalnya ketika memperoleh kredit dari bank, sehingga mereka tidak terjebak di dalam utang.
“Kita akan terus dampingi saudara-saudara kita, dan kalau kita lihat potensinya tuh luar biasa. Hari ini kita semua harus belajar dari mereka, kegigihan mereka untuk bisa bertahan dan juga bisa mengakses hal-hal yang mungkin (bagi) kebanyakan orang menganggap itu beyond mereka, tapi mereka tetap mau belajar,” katanya.
Baca juga: OJK: Para difabel dapat menjadi pahlawan ekonomi Nusantara
Baca juga: Industri jasa keuangan diminta perkuat literasi bagi kaum difabel
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023