"Sejumlah judul yang saya baca bahkan saya nilai berpotensi ingin mengadu domba antara PDI Perjuangan dengan PPP,"
Jakarta (ANTARA) - Ketua DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah menyesalkan judul berita beberapa media massa tidak dibuat sesuai dengan isi wawancara tentang sikap PDI Perjuangan terhadap Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sehingga berpotensi mengadu domba kedua belah pihak.

"Sejumlah judul yang saya baca bahkan saya nilai berpotensi ingin mengadu domba antara PDI Perjuangan dengan PPP," kata Basarah dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut disampaikannya merujuk pada sejumlah berita yang beredar pada Senin (14/8), yang meminta konfirmasi sikap PDI Perjuangan terhadap pernyataan petinggi PPP yang menyebut partainya akan cabut dari kerja sama politik jika Sandiaga Uno tidak ditunjuk menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Ganjar Pranowo.

"Saya maklum, beberapa media massa memang cenderung menyukai berita sensasional. Tapi hal tersebut seharusnya tidak mengorbankan narasumber, apalagi sampai melakukan framing kepada nara sumber dan meninggalkan etika jurnalistik, seperti tidak boleh mencampurkan antara fakta dan opini," katanya.

Menurut dia, dia bahkan merasa tidak berbicara seperti judul berita yang diberitakan sejumlah media massa tersebut.

"Menjawab pertanyaan itu, saya hanya mengatakan 'monggo', (tidak lebih dan tidak ada kata-kata lain). Setelah itu saya lanjutkan penjelasan saya 'lagi-lagi kan bagi PDI Perjuangan kerja sama politik itu dasarnya harus kesukarelaan. Tidak boleh ada paksaan, apalagi ada ancaman, dan lain sebagainya'," tuturnya.

Judul-judul tersebut, kata dia, di antaranya "PDIP Persilakan PPP Pergi jika Sandiaga Uno Tak Diusung jadi Cawapres Ganjar, Basarah: Monggo", dan "PDIP Siap Ditinggal PPP Jika Sandiaga Uno Tak Diusung untuk Dampingi Ganjar Pranowo di Pilpres 2024".

Kemudian, "PDIP Persilakan PPP Pergi Jika Sandiaga Uno Tak Jadi Cawapres, Koalisi Ganjar Pranowo Tak Solid?", lalu "PPP Kena Ulti PDIP, Kalau Masih Nekat Usung Sandiaga Jadi Cawapres Ganjar Dipersilakan Cabut".

"Saya tak pernah menyatakan apa yang ditulis oleh contoh judul-judul itu. Terus terang semua judul itu membuat PDI Perjuangan khususnya saya merasa dirugikan dan dapat merusak psikologis politik hubungan baik kami dengan teman-teman PPP,” katanya.

Basarah menjelaskan bahwa yang hendak ditekankannya saat diwawancarai ialah landasan sebuah kerja sama politik dalam pilpres adalah kesukarelaan, kehendak bersama, serta tidak boleh ada paksaan satu dengan lainnya.

Untuk itu, Basarah menyebut menambahkan lagi penjelasan kepada awak media bahwa siapapun figur bakal calon wakil presiden (cawapres) terbuka probabilitasnya untuk bersanding dengan Ganjar Pranowo.

"Semua bacawapres yang muncul di permukaan publik mau Pak Sandiaga Uno, mau Pak Mahfud MD, kemudian sekarang Mbak Puan menyebut nama Mbak Yenny Wahid, ada juga mantan panglima TNI (Purn) Jenderal Andika perkasa, kemudian ada Pak Erick Thohir dan banyak lagi, probability mereka untuk menjadi cawapres Pak Ganjar cukup tinggi," paparnya.

Namun demikian, dia meminta publik untuk menunggu hingga batas akhir waktu pendaftaran capres dan cawapres sebagaimana yang telah ditetapkan KPU.

"Kita lihat bagaimana formasi grouping parpolnya dan formasi capres-cawapresnya," kata dia.

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023