Mereka yang anti neoliberal mungkin tak akan pernah bisa mengagumi Margaret Thatcher.
Tetapi, bila mereka mengesampingkan ketidaksenangan ideologis itu demi keteguhan, keberanian, visi, dan kekuatan hati seorang pemimpin yang tak takut mengubah keadaan, maka Thatcher tepat untuk dikagumi.
Mengutip majalah Economist pekan ini, hanya segelintir politisi di era damai yang bisa mengubah dunia, dan Thatcher adalah salah satunya.
Di dalam negerinya, "Wanita Besi" ini mengubah secara drastis atmosfer politik Inggris, sementara di dunia, bersama mendiang Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan, dia menjadi arsitek di balik runtuhnya komunisme internasional dan Uni Soviet.
Para pendorong intervensi negara dalam kehidupan sosial ekonomi mungkin tak akan bisa menyenangi dia karena Thatcher adalah penganjur fanatik ekonomi pasar dan supremasi swasta dalam negara.
Dia bahkan menciptakan isme baru yang bersaudara dengan neoliberalisme, yaitu Thatcherisme, yang esensinya adalah mengagungkan kebebasan individu, bahwa bangsa-bangsa tak akan pernah besar jika tak ada kebebasan individu seluas-luasnya. Dia bilang, cara yang benar bagaimana individu menjalani hidupnya adalah sedapat mungkin bebas dari manajemen negara.
Di masa ketika tesis dan antitesis ideologis bertempur demi siapa yang seharusnya memenangkan tatanan, keesktreman pandangan kanan Thatcher adalah lumrah.
Di masa itu, liberalisme menyerang komunisme karena mengkerangkeng kebebasan, sementara komunisme menghujat liberalisme karena membunuh kohesi sosial.
Pada akhirnya Thatcherisme menang, sementara komunisme internasional ambruk, pun demikian Uni Soviet. Dan kemenangan Thatcher ini melebihi pencapaian pendahulunya, Winston Churchill. Thatcher mewariskan isme, Churchill tidak.
Paksa Soviet berhitung
Di masanya, pusat gravitasi politik Inggris bergeser dramatis ke kanan. Namun setelah dia tak lagi berkuasa, keekstreman isme-nya memicu lahirnya pemikiran-pemikiran alternatif yang ingin mengoreksi kesalahan dan ketimpangan sosial akibat pandangan super kanan Thatcher.
Ekonomi pasar yang mengesampingkan campur tangan negara warisan Thatcher, digugat. Mengutip The Economist, dua dekade setelah kekuasaannya, pendulum dunia tak lagi bergerak ke kanan, kendati tidak pula total ke kiri.
Negara-negara kini lebih berperan dalam mengatur perekonomian, regulasi semakin mengikat swasta, perbankan tidak seleluasa dulu, bahkan ini terjadi di Inggris dan Amerika Serikat.
Di atas itu semua, yang paling telak mengoreksi Thatcherisme adalah anomali China yang sukses menjadi kekuatan ekonomi dunia tanpa perlu tunduk pada mekanisme pasar total.
China bukan penghamba liberalisme, tapi postur ekonominya kini telah melewati pencapaian liberalisme Barat. China bahkan menjadi model bagi negara-negara berkembang dalam bagaimana menguatkan ekonomi sekaligus menyangga stabilitas.
Kendati warisannya banyak digugat, Margaret Hilda Thatcher tetap dianggap pahlawan oleh banyak kalangan, termasuk bekas musuh-musuhnya, di dalam maupun di luar negeri.
Dialah yang membuat oposisi Eropa Timur merasa memiliki teman ketika berjuang melawan Soviet di era Perang Dingin lalu.
Bersama Reagan, dia bahu membahu memblok ekspansionisme Soviet, dan memaksa Beruang Merah berhitung. Tanpa canggung dia menantang Soviet di segala teater, dari Polandia sampai Afghanistan.
Margaret ingin membuktikan tesis bahwa kebebasan akan mengalahkan kolektivisme paksa ala Soviet yang memang kemudian mengalami erosi akibat korupsi dari dalam dan ekonomi biaya tinggi akibat perang tak berkesudahan dan tanpa manajemen yang baik.
Ofensif politik Thatcher - Reagan menohok Soviet dan membuat galau si Tirai Besi, untuk kemudian memaksa munculnya para revisionis, salah satunya Mikhail Gorbachev.
Kemudian, serangkaian pertemuan intensif Gorbachev, Thatcher, dan Reagan mengubah cara pandang para pemimpin Soviet.
Gorbachev lalu menawarkan perestroika (restrukturisasi) dan glasnost (keterbukaan). Taruhannya mahal sekali, yaitu ambruknya Blok Timur dan komunisme Soviet. Tapi dunia beruntung karena Perang Dingin berakhir sudah.
Pemakaman kenegaraan
Di ladang ekonomi, promosi swastanisasi Thatcher yang berbalik 180 derajat dengan pendahulunya Clement Atlee yang gemar nasionalisasi, merambah ke mana-mana, tapi menorehkan sukses yang kemudian dicontek Eropa Timur dan Amerika Latin.
Tapi dua dekade kemudian, isme-nya digugat karena meninggalkaan ketidaksetaraan dan menyuburkan sifat rakus yang memicu krisis-krisis besar ekonomi dalam dua dekade terakhir, termasuk di Eropa dan Amerika Serikat.
Meski begitu, sumbangan Thatcher pada dunia tetap dikenang. Yang memujanya lebih banyak dari pada yang menghujatnya.
"Margaret Thatcher adalah politisi besar dan pribadi yang cemerlang. Dia akan larut dalam kenangan kita dan sejarah," kata Gorbachev seperti dikutip AFP.
Bahkan China yang dulu kompatriot Uni Soviet, musuh Margaret Thatcher, menyenandungkan ode untuk sang pengubah.
"Lingkungan politik yang rumit dalam mana dia memainkan perannya, membuat dia luar biasa," puji koran China berbahasa Inggris, Global Times, dalam editorialnya Selasa (9/4).
Inggris, tentu saja amat menghormatinya. Satu upacara pemakaman kenegaraan yang jarang sekali diberikan kepada warga non anggota kerajaan, kemungkinan menantinya 17 April mendatang.
Menurut media massa Inggris, selama abad 20 dan 21, baru ada seorang tokoh non kerajaan yang menerima pemakaman kenegaraan, yaitu Winston Churchill.
Pada abad 19, empat orang non keluarga kerajaan Inggris menerima penghormatan besar ini. Mereka adalah dua pahlawan Perang Napoleon, yaitu Lord Horatio Nelson dan Duke of Wellington, dan dua negarawan besar Inggris, yaitu Lord Palmerston dan William Gladstone.
Margaret Thatcher memang seorang tokoh besar dan sang pengubah, seperti kelima pendahulunya itu.
Oleh Jafar M Sidik
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013