Karena, parkur harus mengerti diri sendiri. Jadi harus bersahabat dengan ketakutan.
Jakarta (ANTARA) - Tekad kuat itu ada pada Hamy Pratama yang merupakan atlet profesional parkur di Indonesia. Menyukai olahraga parkur bermula dari menonton film yang dibintangi David Belle pada 2008. Lantas Hamy mempunyai tekad kuat mengenalkan olahraga yang berasal dari Prancis ini terbang tinggi di Indonesia.
Sebagai langkah mengenalkan parkur lebih luas di Tanah Air, Hamy turut serta pada Brick Parkour Asian Tour 2023 seri pertama di Indonesia yang dilangsungkan AEON Mall BSD City Tangerang, Banten, Sabtu - Minggu (12-13/8).
Ada tiga nomor yang dilombakan yaitu speed, freestyle, dan skill. Pria yang kini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, itu turun di nomor freestyle, sebuah nomor yang memamerkan keindahan kreasi gerakan dari rintangan yang disediakan seperti dinding, balok, dan palang.
Jam terbang berbicara, Hamy meraih juara pada nomor yang dilombakan pada hari kedua atau Minggu (13/8) tersebut, mengungguli Gavryel G. Denel (runner-up) dan Husnul Mubaraq (peringkat tiga).
Namun, hal ini bukan tentang prestasi. Menurutnya, tujuan utama dari mengikuti Brick Parkour Asian Tour 2023 Indonesia adalah membawa olahraga ini lebih dikenal dan berkembang di Tanah Air.
“Dari edukasinya, parkur bisa lebih berkembang lebih luas, enggak cuma muter-muter di lokal. Jadi, ada perkembangan parkur, regenerasi, info-info terbaru, relasi-relasi di luar, selain achievement di kompetisi,” kata Hamy pada akhir pekan lalu.
Daripada hanya sebuah medali emas yang dibawa pulang, Hamy merasa dengan tekad yang ia bawa ini akan membuat olahraga yang berasal dari bahasa Prancis parcours du combatant-- yang berarti halang rintang militer itu-- baik untuk perkembangan praktisi-praktisi parkur pada masa depan.
“Sekarang penting banget, yang paling impactful, ketika contoh liburan atau jamming biasa kita kontak dia mereka hosting kita. Nunjuk-nujuk spot yang bagus buat perbaikan skill,” ucap pria bernama asli Idham Khalid Adi Pratama tersebut.
Hamy sendiri cukup lama malang melintang di dunia parkur, dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang pernah ia sabet, salah satunya menyandang predikat best trick di gelaran Lion City Gathering, Singapura, pada Januari 2016 dengan mengalahkan atlet-atlet dari Asia, Amerika, Eropa, dan Australia.
Pada ajang di negara tetangga itu, Hamy membawa nama sendiri karena parkur belum dipayungi federasi seperti yang saat ini telah masuk di bawah naungan Persatuan Senam Indonesia (Persani).
“Kalau pengalaman gue pribadi sebenarnya salah satu orang yang pertama kompetisi di luar negeri di parkur yang dapat podium itu gue. Itu 2016 di Singapura. Akan tetapi masih sendiri,” kata Hamy
Lebih tinggi, harapan pria 29 tahun itu, dengan adanya kompetisi seperti Brick Parkour Asian Tour 2023, atlet-atlet yang tampil di kejuaraan internasional nantinya sudah membawa bendera yang sepatutnya, Merah Putih.
“Harapan gue sih ini ‘benderanya’ udah bagus. Sebelumnya harus sendiri, apa-apa sendiri, bawa nama sendiri, sekarang sudah lebih besar komunitasnya. Pengurusnya juga udah lebih bagus. Gue berharap bisa, gue bisa maju bareng bersama Indonesia,” kata Hamy.
Dengan adanya Persani ini dan tidak cuma di Jakarta, akhirnya nanti terbentuk tim-tim yang lebih solid, yang organisasinya lebih jelas sehingga nanti ada event internasional yang membawa nama negara, bukan nama pribadi, tapi nama Merah Putih.
Lebih lanjut, event Brick Parkour Asian Tour 2023 membawa berkah bukan hanya baginya, tapi juga rekan-rekannya di dunia parkur yang menyambut gelaran tersebut dengan sangat antusias.
Bahkan tadi ada teman lama yang dikenal pada 2010, dari Malaysia datang. Dari Singapura juga ada yang bertanya siapa yang mengurus karena dia ingin datang.
Dedikasi di dunia parkur
Hamy telah masuk komunitas parkur pada 2009 sejak awal kecintaannya pada olahraga itu pada 2008. Awal-awal menggeluti parkur, Hamy banyak belajar dari seorang praktisi parkur di Pasuruan bernama Bruce.
Satu dekade lebih menggeluti olahraga yang digemarinya dan belum ada payung resmi pada rentang tahun-tahun itu, Hamy tidak menyerah. Dedikasinya tetap utuh dan tidak kehilangan harapan. Ia dan kawan-kawannya tetap aktif menggelar event parkur secara mandiri agar olahraga ini menjangkau khalayak yang lebih luas.
“Kita sih sebenarnya ada harapan, ya. Cuma di parkur sendiri karena sudah terlalu lama, dari 10 tahun tahun itu, 5 tahunnya kita sudah terbiasa bikin event sendiri,” kata pria yang belajar parkur secara otodidak tersebut.
Pada periode itu, ajang parkur setiap tahun ada kompetisi nasional. Ia kerap kali juga menggelar kompetisi parkur yang ia sebarkan melalui laman Facebook dengan hadiah hasil sponsor dari jenama-jenama yang masuk.
“Dulu zaman-zaman itu, gue selalu nge-share di Facebook sih. Zaman-zaman besar Facebook, YouTube masih paling gede resolusi 360, jadi gue nge-share aja. Dulu itu kayak parkur Jakarta, di Instagram kan enggak ada, dulu tu di Facebook. Solidnya tuh di situ, ketemunya setiap komunitas di situ,” jelas Hamy.
Tidak hanya berpartisipasi menggelar event parkur, Hamy juga merupakan seorang content creator yang aktif membagikan seluk-beluk dunia parkur melalui konten yang bernama #GiniCaraGue dan #BelajarParkour di platform Instagram miliknya (@hamypratama).
Sedikit bercerita, Hamy bangga atas perkembangan parkur di Indonesia saat ini, yang sudah berkembang cukup pesat karena semua kalangan bisa berpartisipasi.
Parkur sendiri sejauh ini udah mulai berkembang pesat terutama di kalangan generasi muda. Kalau dulu masih seusia dengannya, sekarang sudah ada. Bahkan di parkur Jakarta anak kecil, nenek-nenek, ibu-ibu, juga sudah berkembang. Semua gender dan segala usia bisa.
Dari semua dedikasinya dan tetes keringatnya, tersirat dari raut wajahnya yang dengan bangga mengenalkan dirinya bukan dari suatu komunitas di kota tertentu. Lebih besar dan lebih menyentuh hati, ia berkata bahwa ia merupakan bagian dari parkur Indonesia.
Hamy sekarang berkeliling ke berbagai daerah, pernah lama di Lombok, komunitas di Lombok. Ia bikin komunitas di dua kota: di Sidoarjo dan di Parepare, Sulawesi Selatan. Jadi, kalau ditanya komunitas, Hamy dari parkur Indonesia.
Berteman rasa takut
Sebagai olahraga yang mengedepankan efisiensi gerak dari satu titik ke titik lain dengan gerakan lari, memanjat, berayun, berguling, hingga melompat di dinding-dinding atau rintangan lainnya, itu menjadi sebuah hal yang wajar bahwa risiko cedera banyak dialami praktisi parkur.
Pria yang punya banyak jam terbang di dunia parkur itu juga tidak lepas dengan cedera. Ia pernah mengalami sebuah insiden yang membuatnya cedera siku. Namun, itu tidak lantas berkurang aktivitas parkurnya atau takut di kemudian hari.
Hamy merasa tidak ada yang berubah dari dirinya setelah menderita cedera tersebut karena parkur adalah seni olahraga yang berteman dengan rasa takut.
“Parkur ini sebenarnya tidak menghilangkan rasa takut, parkur itu berteman dengan rasa takut. Bertemannya kita dengan rasa takut itu yang membuat diri kita tetap safety. Kalau kita menghilangkan rasa takut kan jadinya nekat, kan, sembarangan, enggak melihat trik, dan enggak melihat kemampuan diri sendiri,” kata Hamy.
“Karena, parkur harus mengerti diri sendiri. Jadi harus bersahabat dengan ketakutan. Makanya kalau lihat lomba ini (Brick Parkour Asian Tour 2023 Indonesia) sejatuh-jatuhnya mereka, pasti enggak fatal. Karena mereka sudah bisa refleks itu. Refleks-refleks yang sudah terbentuk,” imbuhnya.
Parkur sudah mandarah daging di tubuh Hamy. Tidak hanya pada perlombaan, ia kerap melakukan olahraga ini dengan diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari seperti membantu temannya masuk ke rumah karena tidak membawa kunci.
“Funny things-nya, saya sering main di tempat teman. Kebetulan rumahnya tingkat. Pulangnya malam banget, kuncinya ketinggalan, dan kebiasaan pintu ke atas enggak pernah dikunci. Mau enggak mau teman saya minta tolong. Ya sudah, saya masuk ke dalam buka kunci dari dalam, dan itu sering,” ucap Hammy menceritakan kejadian itu.
Namun, ada satu hal yang sampai saat ini belum dicapai oleh Hamy. Dengan sedikit bergurau, ia ingin mengejar maling dengan menerapkan keahlian gerakan parkur yang telah lama ia tekuni tersebut.
“Ingin sih, saya mengejar maling. Itu kan efisien banget karena lari,” tutupnya sambil tertawa.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023