Selain memperkenalkan budaya Indonesia di mata internasional, ajang ini diharapkan bisa membuat tenun Indonesia menembus pasar ritel internasional.
Ardistia mengatakan, bila harapannya terwujud, maka tidak usah khawatir dengan pasar dalam negeri.
"Tujuannya menembus ritel internasional, saya yakin kalau bisa tembus sana pasti di sini ngantri. Begitu diakui dunia pasti disini habis," tukas perancang yang karyanya dari label Ardistia New York telah dijual di beragam negara.
Untuk koleksi yang dipamerkan di New York, perancang lulusan Parsons School of Design, New York itu membuat koleksi yang terinspirasi dari karya seni I Gusti Nyoman Lempad yang dikenal dengan garis warna hitam dan putih, modern dan tak lekang oleh waktu. Sepuluh looks yang dia buat didominasi warna hitam, keemasan, dan krim.
Ardistia menggabungkan tenun Bali dan Garut dengan sutera, kulit, crepe dan stretch-techno untuk membuat busana yang sesuai dengan gaya hidup urban, seperti tailored-jackets dan dress berpotongan modern.
"Kombinasi dengan bahan-bahan lain juga ada aksen kulit agar koleksi ini tetap terlihat urban, modern, chic, elegan, dan edgy."
Selain Ardistia Dwiasri, Auguste Soesastro juga turut menampilkan karyanya di New York.
Tenun Indonesia juga menjadi subjek presentasi dan pameran dari acara Preserving Asian Culture Through The Herritage of Fashion yang diselenggarakan Fashion Institute of Technology, New York pada 18 April mendatang.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013