Musim tanam 2012/2013 mengalami kemunduran dua bulan, harusnya Oktober tapi nanti baru Desember,"Jakarta (ANTARA News) - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengungkapkan pada tahun 2013 ini petani akan menghadapi musim yang tidak bersahabat karena adanya fenomena anomali iklim.
Ketua Umum KTNA Winarno Tohir di Jakarta, Selasa mengatakan anomali iklim itu akan menyebabkan mundurnya musim tanam 2012/2013.
"Musim tanam 2012/2013 mengalami kemunduran dua bulan, harusnya Oktober tapi nanti baru Desember," kata Winarno dalam diskusi tentang pengadaan gabah oleh Bulog tahun 2013 yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Menurut Winarno, sinyalemen anomali iklim itu sudah diungkapkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak 2010 bahwa waktu musim hujan akan lebih singkat, sementara musim kemarau akan lebih lama.
"Perkiraan akhir April atau Mei sudah memasuki musim kemarau," katanya.
Menurut dia, budidaya tanaman padi membutuhkan air yang relatif banyak, namun dengan berpatokan pada prediksi BMKG itu, secara hitung-hitungan petani terutama di Jawa, akan kesulitan memperoleh air.
"Dari 283 zona musim di Indonesia, sekitar 82,7 persen sudah memasuki musim kemarau. Petani menghadapi musim tanam yang kurang bersahabat," katanya.
Dia menambahkan, pemerintah baik pusat maupun daerah perlu secepatnya mengatasi fenomena anomali iklim ini antara lain dengan memperbaiki saluran irigasi dan pembuatan embung untuk menampung air.
Selain itu, apabila memungkinkan modifikasi cuaca di sekitar waduk dengan bantuan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT). Sedangkan untuk petani, tambahnya, diharapkan melakukan penyesuaian pola tanam sesuai karakter daerah apakah dalam satu tahun petani terus menanam padi atau diselingi palawija.
Winarno mengingatkan kebutuhan beras di Jawa berkontribusi lebih dari 60 persen dari total kebutuhan nasional, apabila budidaya tanam terganggu maka hal itu tentunya akan menganggu ketahanan pangan nasional.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Usaha Dinas Pertanian Jawa Barat (Jabar) Dody FN mengatakan pihaknya tetap optimistis masalah iklim tidak menganggu produksi beras tahun 2013.
Menurutnya, produktivitas padi Jabar mencapai 7,49 ton/hektare gabah kering giling, melebihi standar nasional sebesar 6,86 ton/hektare.
Meski begitu, tambahnya, pemerintah senantiasa mengantisipasi segala potensi gangguan dan puso tanaman padi. Upaya yang dilakukan antara lain dengan memfasilitasi sarana dan prasarana seperti bantuan traktor ke masing masing kabupaten/kecamatan.
"Kalau banjir kami ganti benihnya," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013