Aktivitas impor Indonesia diprakirakan mengalami kontraksi yang lebih kecil dibandingkan ekspor

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksikan kinerja impor Indonesia cukup resilien meskipun tetap mengalami kontraksi di angka -15,38 persen secara tahunan (yoy) pada Juli 2023.

“Aktivitas impor Indonesia diprakirakan mengalami kontraksi yang lebih kecil dibandingkan ekspor. Penurunan impor yang diantisipasi berada di -15,38 persen untuk Juli 2023, dibandingkan Juni 2023 yang tercatat -18,35 persen,” kata Faisal di Jakarta, Senin.

Adapun pengumuman resmi data perdagangan Indonesia untuk Juli 2023 dijadwalkan akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 15 Agustus 2023.

Faisal menjelaskan, secara bulanan, kinerja impor diprakirakan mengalami peningkatan sebesar 5,31 persen (mtm), yang mengindikasikan ketahanan permintaan domestik.

Penentu yang mempengaruhi kinerja impor mencakup peningkatan harga minyak yang terlihat pada 23 Juli, dan Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang melanjutkan kenaikannya di atas ambang batas 50 poin, naik ke 53,3 pada 23 Juli dari 52,5 pada 23 Juni. Kendati demikian, surplus perdagangan diprediksi akan menyusut menjadi 2,30 miliar dolar AS.

“Kami mengantisipasi Indonesia akan tetap mempertahankan tren surplus perdagangan pada Juli 2023 meskipun surplus terlihat menyempit. Surplus yang diantisipasi diperkirakan mencapai 2,30 miliar dolar AS, menandai penurunan dari bulan sebelumnya pada Juni ketika mencapai 3,46 miliar dolar AS,” ujarnya.

Terjadinya kontraksi pada surplus tersebut dapat dikaitkan dengan berkurangnya aktivitas perdagangan global, didorong oleh melemahnya permintaan global di tengah berlanjutnya inflasi yang tak mereda.

Hal-hal tersebut akan berujung pada penerapan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Lemahnya permintaan internasional juga menyebabkan berlanjutnya penurunan harga komoditas.

Oleh karena itu, Faisal mempertahankan proyeksinya bahwa current account balance (CA) akan menunjukkan defisit yang masih dapat dikelola pada tahun 2023.

Menurunnya kekuatan ekspor yang dipicu oleh penurunan harga komoditas akibat melemahnya permintaan global diprakirakan akan diimbangi oleh kinerja impor yang relatif lebih kuat sebagai konsekuensi ketahanan ekonomi domestik yang masih bertahan.

“Kami memperkirakan CA akan mencatat defisit kecil sebesar -0,65 persen dari PDB pada tahun 2023, dibandingkan 0,99 persen dari surplus PDB tahun 2022,” pungkasnya.

Baca juga: BPS sebut impor Indonesia Juni 2023 turun 19,40 persen
Baca juga: Kemendag komitmen lindungi industri padat karya rentan lonjakan impor

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023