Penggunaan teknologi dalam pembuatan ASI bubuk menjadi tantangan untuk kita, di mana kita harus mengolah ASI tersebut agar menjadi bubuk dan tetap harus menjamin kualitas asi sebelum dan sesudah melalui proses pengeringan

Jakarta (ANTARA) - Sebanyak tiga inovator dari kampus perguruan tinggi (PT) di Indonesia berbagi kisah tentang pengembangan inovasi dalam menjawab kebutuhan masyarakat lewat pergelaran Inovasi Karya Sivitas Akademika menuju Indonesia Emas 2045 di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Mahasiswa Program Studi Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (ITB), Zakaria Hermawan, berkolaborasi dengan dosen Sekolah Farmasi ITB Amirah Adlia membuat inovasi jasa pembuatan ASI Bubuk.

"Penggunaan teknologi dalam pembuatan ASI bubuk menjadi tantangan untuk kita, di mana kita harus mengolah ASI tersebut agar menjadi bubuk dan tetap harus menjamin kualitas asi sebelum dan sesudah melalui proses pengeringan," kata Amirah dalam temu wicara Peringatan ke-28 Harteknas yang diikuti dari Jakarta, Ahad.

Amirah menjelaskan ide awal terciptanya inovasi ini adalah untuk menghadirkan kemudahan bagi ibu yang masih harus menjalankan perannya sebagai ibu menyusui tetapi tetap ingin berkarier.

Dalam pengembangan produk, kata dia, pembuatan ASI bubuk menggunakan teknologi pengeringan beku (dry freeze) untuk menjaga kualitas dan komponen dalam ASI agar tidak rusak. Menurutnya, pengembangan bisnis ASI bubuk ini masih menyediakan jasa individual. Namun, ke depan akan ada rencana untuk mengembangkan inovasi ini ke arah hilirisasi industri.

Di bidang pangan, Budi Setiadi Daryono dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menemukan melon kecil seukuran apel, yang diberi nama Hikapel. Budi menjelaskan keberadaan melon berukuran kecil dan berbobot ringan ini adalah jawaban dari keresahan sejumlah warga akan bobot melon di pasaran yang dinilai terlalu berat.

Ia menjelaskan bahwa gen menjadi kunci utama lahirnya inovasi melon Hikapel. Gen ini yang membawa perbedaan dari melon-melon pada umumnya, yaitu berbobot ringan dan beraroma wangi.

“Gen yang menyebabkan ekspresi kita. Di dalam indukkan melon tersebut, ada gen yang bisa mengontrol ekspresi, bentuk, dan berat buah," kata Budi.

Inovasi unggulan lain di bidang kendaraan listrik yaitu bus listrik dari Universitas Indonesia (UI).

Mohammad Adhitya inovator bus listrik UI menyebutkan inovasi ini sejalan dengan program UI GreenMetric sebagai sistem pemeringkatan kampus internasional berdasarkan komitmen atas kampus hijau dan keberlanjutan lingkungan.

Ia menceritakan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kendaraan listrik pada 2012 menjadi momentum awal. Lima perguruan tinggi di Indonesia diminta untuk mengembangkan kendaraan listrik, termasuk UI.

"Maka kami mengembangkan bus listrik berukuran besar," katanya.

Adhitya menjelaskan tantangan dalam melakukan inovasi adalah dalam menyesuaikan bobot bus listrik agar tetap sesuai dengan syarat berat total kendaraan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Berat total kendaraan yang ditentukan oleh pemerintah terkait dengan daya dukung jalan untuk bus ukuran 12 meter dengan dua sumbu roda, berat maksimumnya 16 ton.

"Kalau lebih dari itu akan ada masalah keamanan dan jalanan jadi cepat rusak karena bobotnya terlalu berat," katanya.

Saat ini bus listrik UI tengah dalam tahap sertifikasi dan harapannya di tahun depan dapat masuk e-catalog, sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas, demikian Mohammad Adhitya.

Baca juga: 1.155 inovasi kekayaan intelektual UI raih penghargaan Kemenkumham

Baca juga: ITB tuanrumahi "Inovasi TIK untuk Indonesia Cerdas"

Baca juga: Mahasiswa UGM juara inovasi teknologi internasional

Baca juga: Sejumlah kampus berkolaborasi dalam inovasi PJJ melalui ICE Institute

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023