Kami ingin mendorong instrumen investasi di reksa dana agar lebih berkembang, masyarakat tingal mengukur tingkat risikonya masing-masing, sehingga ujungnya akan investasi ke saham,"

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan membantu mengembangkan produk investasi reksa dana karena kontribusi terhadap produk domestik bruto masih rendah.

"Kami ingin mendorong instrumen investasi di reksa dana agar lebih berkembang, masyarakat tingal mengukur tingkat risikonya masing-masing, sehingga ujungnya akan investasi ke saham," ujar Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Senin.

Untuk mengetahui tingkat risiko investasi masyarakat, lanjut dia, pemerintah akan terus melakukan pendalaman pasar di sektor keuangan sehingga masyarakat tidak selalu menaruh dananya dalam bentuk deposito.

"Namun, instrumen produk reksa dana juga harus dapat dibuat lebih banyak sehingga bervariasi," kata dia.

Menurut dia, keuntungan yang didapat dari investasi deposito dinilai sudah tidak terlalu besar. Pasar modal, seharusnya juga bisa menyediakan instrumen investasi lebih bervariasi untuk bisa menarik deposan perbankan menanamkan dananya.

Ia mengatakan kontribusi dana kelolaan reksa dana di Indonesia terhadap produk domestik bruto masih rendah dibanding negara-negara Asia Tenggara.

"Kontribusinya (reksa dana) masih satu persen hingga dua persen terhadap PDB. Sementara malaysia sudah mencapai 16 persen," ucapnya.

Ia menambahkan pendalaman pasar keuangan nantinya juga harus diiringi dengan "financial inclusion" (keterjangkauan masyarakat atas layanan keuangan).

"Jika pasar keuangan di Indonesia dapat diperdalam, maka akan memperluas dan memperbanyak basis investor dan mengalihkan investor yang biasa berinvestasi di tabungan dan deposito ke instrumen investasi lainnya yang berbasis pada saham dan obligasi," kata dia.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013