Tanggamus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanggamus, Provinsi Lampung, telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi guna mencegah dampak kekeringan menghadapi potensi puncak fenomena El Nino yang diperkirakan terjadi pada Agustus-September 2023.

Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (KPTPH) Kabupaten Tanggamus, Lampung, Rahmat mengatakan, saat dihubungi dari Pesisir Barat, Jumat, mengatakan pihaknya telah menyiapkan strategi khusus untuk mengatasi fenomena El Nino yang ekstrim di wilayah tersebut.

"Kalau untuk antisipasi El Nino sendiri di Kabupaten Tanggamus, kita sudah membentuk satgas, yang terdiri dari Dinas Pertanian, seluruh mulai dari kepala dinas sampai di unsur kecamatan," kata Rahmat.

Baca juga: Bulog catat realisasi penyerapan beras 780 ribu ton per 10 Agustus

Ia mengatakan, bahwa awal langkah mitigasi tersebut adalah dengan melakukan pemetaan geografis terhadap wilayah rawan bencana kekeringan.

"Untuk pemetaan wilayah yang terdampak kekeringan itu ada di beberapa kecamatan, yakni Kecamatan Bulok, Pugung, dan Pematang Sawah, itu berpotensi kekeringan," kata dia.

Baca juga: Mentan pimpin rapat koordinasi antisipasi dampak El Nino di Kalsel

Ia pula mengatakan, yang memicu daerah tersebut dilanda kekeringan, yakni tidak adanya sumber air di wilayah itu.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya juga akan menurunkan sejumlah unit mesin pompa air untuk menanggulangi kekurangan air yang diperkirakan akan melanda di daerah pertanian tersebut.

Baca juga: Kemenko Ekonomi siapkan KUR Alsintan Rp5 miliar antisipasi El Nino

"Kami antisipasi dengan cara meminjamkan Alkon atau pompa air, kita punya cadangan itu ada 15 pompa air," katanya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan semua pihak terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari fenomena El Nino.

Baca juga: Pengamat pertanian Lampung: Perlu optimalkan tanam padi di daerah rawa

Puncak terjadinya El Nino diprediksi akan berlangsung pada bulan Agustus-September dan hal itu akan berakibat pada musim kemarau yang lebih kering dari kemarau saat tidak terjadi El Nino seperti pada tahun 2020, 2021, dan 2022.

Dia mengatakan, jika kondisinya semakin kering, dampak lanjutnya adalah lahan dan hutan menjadi mudah terbakar. Selain itu dampak yang diberikan itu kepada para petani karena air semakin kurang, sehingga sektor pertanian akan terganggu.

Baca juga: Antisipasi El Nino, pemerintah siapkan stok beras 2,2 juta ton
Baca juga: Mendagri ungkap langkah strategis antisipasi ketersediaan beras daerah

Pewarta: Riadi Gunawan
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023